Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas saham di Bursa Amerika Serikat bergerak di zona merah pada awal perdagangan Jumat (7/1/2022) waktu setempat. Investor mencerna laporan utama pasar tenaga kerja AS di tengah akhir pekan yang bergejolak.
Berdasarkan data Bloomberg pada 21.31 WIB, indeks Dow Jones Industrial Average dibuka melemah 0,19 persen atau 68,78 poin ke 36.167,69, S&P 500 turun 0,06 persen atau 2,63 poin ke 4.693,42, dan Nasdaq menguat 0,05 persen atau 8,16 poin ke 15.089,03.
Laporan pekerjaan untuk Desember 2021 oleh Departemen Tenaga Kerja yang dirilis Jumat pagi, memberikan pembaruan sejauh mana kekurangan pasokan tenaga kerja masih berdampak ke ekonomi AS pada akhir tahun lalu. Sebanyak 199.000 pekerjaan kembali selama bulan Desember, secara tak terduga melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Indikator lain, bagaimanapun, lebih optimistis, karena tingkat pengangguran meningkat ke level terendah baru era pandemi 3,9 persen, dan tingkat partisipasi angkatan kerja stabil setelah revisi naik pada November 2021.
Namun, banyak ekonom memperingatkan bahwa pukulan yang lebih keras ke pasar tenaga kerja akibat lonjakan kasus Omicron mungkin belum terjadi.
Sebelumnya, saham AS berada di bawah tekanan selama beberapa sesi terakhir karena investor menilai kembali kemungkinan langkah bank sentral AS, Federal Reserve ke depannya.
Para pembuat kebijakan mengamati dengan cermat tanda-tanda bahwa ekonomi telah mencapai lapangan kerja maksimum, laporan pekerjaan dapat memberikan umpan tambahan bagi The Fed untuk melipatgandakan sikapnya yang cenderung hawkish.
“Ini adalah lampu hijau untuk bulan Maret," kata Neil Dutta, kepala ekonomi AS di Renaissance Macro Research.
"Tingkat pengangguran U3 turun 0,3ppt [poin persentase] menjadi 3,9 persen, 0,4ppt di bawah perkiraan Fed kuartal IV/2021 dan hanya 0,4ppt di atas perkiraan Fed untuk akhir tahun 2022. Penghasilan per jam rata-rata datang dengan kuat karena tingkat partisipasi angkatan kerja. tetap datar,” tambahnya.
Risalah pertemuan The Fed pada Desember yang dirilis awal pekan ini menunjukkan beberapa pejabat ingin mempercepat pengurangan pembelian aset mereka dan mempercepat waktu kenaikan suku bunga dari level mendekati nol saat ini.
Dalam perkembangan yang mengejutkan bagi banyak pelaku pasar, beberapa pejabat juga menyarankan bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk mulai mengurangi aset hampir US$9 triliun di neraca bank sentral. Langkah seperti itu akan cepat menggeser pasar dari latar belakang kebijakan moneter akomodatif yang membantu menopang aset berisiko selama pandemi.