Bisnis.com, JAKARTA - Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret, naik 80 sen atau 1,0 persen menjadi menetap di US$80,80 per barel pada akhir perdagangan di London ICE Futures Exchange, Kamis (5/1/2022) waktu Asia.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari, ditutup naik 86 sen atau 1,1 persen menjadi US$77,85 per barel di New York Mercantile Exchange.
Harga minyak menguat pada akhir perdagangan dan memperpanjang kenaikan bahkan setelah produsen OPEC+ bertahan pada kenaikan target produksi yang disepakati untuk Februari dan persediaan bahan bakar AS melonjak karena penurunan permintaan di tengah melonjaknya kasus Covid- 19.
Persediaan minyak mentah AS turun 2,1 juta barel, sebagian karena insentif pajak bagi produsen untuk mengurangi persediaan sebelum akhir tahun.
Namun, persediaan bensin melonjak lebih dari 10 juta barel, dan stok sulingan naik 4,4 juta barel. Analis mengutip permintaan yang lemah selama minggu terakhir tahun 2021 karena orang-orang menahan diri untuk bepergian di tengah varian virus corona Omicron yang menyebar dengan cepat.
Di sisi lain, amerika Serikat melaporkan hampir 1 juta infeksi baru virus corona pada Senin (3/1/2022), penghitungan harian tertinggi dari negara mana pun di dunia dan hampir dua kali lipat dari puncak AS sebelumnya yang ditetapkan seminggu sebelumnya.
Baca Juga
Secara keseluruhan produk yang dipasok, proksi untuk permintaan, turun tajam, meskipun empat minggu terakhir telah melihat permintaan yang lebih kuat daripada periode yang sama dua tahun lalu sebelum timbulnya pandemi.
"Permintaan produk tersirat - terutama untuk bensin - merosot, menunjukkan bahwa masyarakat berhati-hati tentang perjalanan setelah melonjaknya kasus varian Omicron. Ketakutan ini kemungkinan akan bertahan selama beberapa minggu lagi," tulis Kepala Ekonom Komoditas di Capital Economics Caroline Bain dalam laporannya.
Produsen OPEC+, yang termasuk anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak bersama dengan Rusia dan lainnya, pada Selasa (4/1/2022) setuju untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari pada Februari, seperti yang telah mereka lakukan setiap bulan sejak Agustus.
OPEC+ mungkin akan berjuang untuk mencapai target itu, karena anggota termasuk Nigeria, Angola dan Libya menghadapi kesulitan meningkatkan produksi, menurut analis Barclays dalam sebuah catatan.