Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menegaskan pentingnya penghiliran industri logam saat membuka perdagangan hari pertama tahun 2022, Senin (3/1/2022).
Presiden Joko Widodo mengungkapkan tahun 2021 merupakan tahun yang cukup sulit, karena Indonesia terkena serangan gelombang kedua pandemi Covid-19 dengan kedatangan varian delta. Namun, sejumlah indikator ekonomi tetap menunjukan hasil yang baik.
Menurut Jokowi, sejumlah indikator ekonomi menunjukan pemulihan ekonomi yang cukup kuat, salah satunya pada neraca dagang.
"Neraca dagang kita, surplus, US$34,4 miliar, dalam 19 bulan surplus terus, belum pernah begini, ekspor naik yoy 49,7 persen, impor naik, bahan baku, penolong 52,6 persen, dan ekspor naik setinggi itu salah satunya karena kita hentikan ekspor raw material dari minerba kita yaitu nikel, saya lihat biasanya US$1-2 miliar, akhir tahun capai US$20,8 miliar," papar Jokowi dalam pembukaan Bursa Efek Indonesia, Senin (3/1/2021).
Menurutnya, keberanian Indonesia menghentikan ekspor bahan mentah terutama dari hasil tambang memberikan dampak positif terhadap neraca perdagangan Indonesia.
"Saya kira keberanian kita menyetop itu hasilnya kelihatan. Oleh karena itu, kita akan lanjutkan stop [ekspor bahan mentah] bauksit, tembaga, timah, dan yang lain-lainnya, hilirisasi menjadi kunci kenaikan ekspor kita," ujarnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, Jokowi juga memamerkan peringkat competitiveness index Indonesia yang naik 3 peringkat di masa sulit 2021. Peringkat bisnis Indonesia naik ke posisi 37, sementara peringkat bisnis digital naik ke posisi 37, keduanya sama-sama naik 3 peringkat.
Kemudian, indikator konsumsi, produksi juga menguat, keyakinan konsumen dibandingkan dengan Maret 2019 di level 113,8 dan pada November 2021 mencapai 118,5.
"Spending index naik ke 120,5, PMI kita sudah naik di atas sebelum pandemi asalnya di level 51, sekarang masuk 53,9. Optimisme melihat angka-angka seperti ini harus ditunjukkan, konsumsi listrik 14,7 untuk industri, untuk bisnis 5,7," katanya.