Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Respons Pengetatan Kebijakan Bank Sentral, Wall Street Variatif

Bursa saham AS merespons sikap hawkish The Fed dan keputusan kenaikan suku bunga acuan Bank of England.
Pelaku pasar sedang memantau perdagangan di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, Senin (20/9/2021)./Bloomberg
Pelaku pasar sedang memantau perdagangan di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, Senin (20/9/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat bergerak variatif pada awal perdagangan hari ini, Kamis (16/12/2021).

Berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 10.15 WIB, indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,41 persen ke 36.073,86, sedangkan indeks S&P 500 menguat tipis 0,08 persen ke 4.713,65. Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite melemah 0,68 persen ke 15.459,03.

Indeks S&P 500 sedikit berubah setelah sebelumnya naik di tengah ekspektasi bahwa bank-bank sentral global dapat mengetatkan kebijakan untuk memerangi inflasi tanpa menggagalkan pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, indeks Nasdaq bergerak di zona merah tertekan pelemahan saham-saham di sektor teknologi.

Bank-bank sentral sedang mempertimbangkan langkah-langkah untuk melawan tekanan inflasi sambil menyeimbangkan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan virus corona.

Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dari The Fed memutuskan bahwa Bank Sentral AS akan mengakhiri pembelian obligasi era pandemi pada Maret 2022. Setelah itu, bank sentral akan memulai kenaikan suku bunga hingga 0,75 bps pada 2022.

Sementara itu, Bank of England (BOE) membuat kejutan dengan menaikkan suku bunga acuannya 15 basis poin menjadi 0,25 persen.

Direktur investasi Brewin Dolphin Janet Mui mengatakan bank sentral cenderung bersikap reaktif terhadap inflasi dan hal tersebut merupakan langkah yang baik.

“Kami mungkin benar-benar mengharapkan beberapa perubahan arah kebijakan di pada akhir tahun depan,” kata Janet, dilansir Bloomberg, Kamis (16/12/2021).

“Dengan keluarnya keputusan Fed, tidak ada lagi peristiwa makro tahun ini yang dapat menyangkal reli akhir tahun. Bukan karena The Fed tidak hawkish, hanya saja The Fed tidak cukup hawkish untuk menyebabkan investor melakukan aksi jual," kata Tom Essaye, mantan pedagang Merrill Lynch yang mendirikan buletin "The Sevens Report".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper