Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis kondisi pasar modal Indonesia bakal tetap terkendali ketika Bank Sentral AS Federal Reserve melakukan pengetatan moneter atau tapering. Apalagi, saat ini pasar saham Indonesia tampak masih diminati investor asing walaupun masih terjadi aksi jual bersih atau net sell di pasar obligasi.
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal I OJK Djustini Septiana mengatakan pihaknya akan mengambil langkah dengan tetap memperhatikan kebijakan nasional dalam menghadapi tapering dari The Fed.
“Risiko dari likuiditas asing, itu bagi kami selagi masuk ke pasar modal masih aman. Artinya dana masih di dalam negeri. Yang kami khawatirkan adalah saat modal asing itu ditarik ke luar,” kata Djustini dalam Bisnis Indonesia Business Challenges - Arah Bisnis 2022, Rabu (15/12/2021).
Dia mengatakan sejauh ini tampaknya dana asing yang keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) justru masuk atau terkompensasi dengan dana asing yang masuk ke pasar saham.
“Sekarang yang kami jaga kalau nanti ada penarikan besar-besaran atau terjadi net sell dari sisi surat utang maka kami berharap masuknya ke saham, Secara nasional itu bukan sesuatu yang dikhawatirkan karena modal masih ada di dalam Indonesia,” ujar Djustini.
Berdasarkan data DJPPR per 13 Desember 2021, terjadi net sell di pasar obligasi oleh investor nonresiden sebesar Rp80,3 triliun sejak awal tahun. Investor nonresiden saat ini tercatat memegang kepemilikan di SBN sebesar 19,80 persen atau Rp896,18 triliun.
Baca Juga
Sementara itu, Bursa Efek Indonesia mencatat per 15 Desember 2021 telah terjadi aksi beli bersih atau net buy senilai Rp38,08 triliun sejak awal tahun.
Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menilai porsi kepemilikan asing yang lebih sedikit dibandingkan kepemilikan investor domestik di pasar saham maupun pasar obligasi akan membuat pasar modal Indonesia lebih tahan banting saat The Fed melakukan tapering.
“Tapering di AS memang membuat kekhawatiran akan terjadi kondisi seperti 2013 di beberapa negara termasuk Indonesia. Tapi menurut saya itu kurang tepat karena kepemilikan asing di aset Indonesia itu sudah berbeda dari 2013,” ujar Suria.
Suria menunjukkan kepemilikan investor asing di SBN yang saat ini sekitar 20 persen telah jauh dari porsi kepemilikan asing sebelum pandemi sekitar 40 persen. Ketika investor asing ramai melakukan net sell, yield Surat Utang Negara (SUN) terpantau masih stabil ditopang oleh likuiditas perbankan.
Sedangkan transaksi di pasar saham kini juga didominasi oleh investor domestik sekitar 75 persen, yang mana mayoritas merupakan investor ritel.
Selain isu tapering, Suria memperkirakan beberapa hal yang akan menjadi perhatian pelaku pasar pada tahun depan seperti keputusan Mahkamah Konstitusi mengenai UU Cipta Kerja dan dinamika pertumbuhan kredit
Samuel Sekuritas memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal melaju menuju level 7.200 pada akhir 2022. Saham-saham sektor perbankan, peritel, farmasi, hingga teknologi pun direkomendasikan untuk tahun depan.