Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indoensia (BEI) menyatakan sudah ada 23 calon emiten yang berencana menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham pada 2022. Kendati demikian, belum ada nama GoTo di pipeline IPO tersebut.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan terdapat 23 emiten yang berpotensi tercatat pada tahun depan. Jumlah tersebut merupakan hasil dari limpahan pipeline IPO yang belum tercatat tahun ini.
“Saat ini di pipeline ada 23 calon emiten. Jadi setidaknya pada awal tahun depan sudah ada 23 yang akan tercatat,” kata dia dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenges -Arah Bisnis 2022, Rabu (15/12/2021).
Sementara dari aksi penerbitan surat utang, kemungkinan ada 12 penerbitan dari 10 emiten. Adapun total potensi penggalangan dana bagi kedua instrumen belum dapat disebutkan.
Nyoman mengatakan sampai saat ini total penggalangan dana dari 51 pencatatan saham baru mencapai Rp62,2 triliun.
“Dari sisi pengumpulan dana, jumlah perusahaan tercatat ada 51 dengan total Rp5,6 triliun pada 2020 sekarang sudah meloncat. Artinya antara suplai dan demand menyambung. Kita masih yang tertinggi dari dua sisi itu dibandingkan wilayah Asean,” katanya.
Baca Juga
Instrumen surat utang berkontribusi sekitar 92 penerbitan surat utang baru dari 52 perusahaan. Adapun total penggalangan dana mencapai Rp94,7 triliun.
Meski demikian, hingga saat ini Bursa belum menerima dokumen permohonan pencatatan saham dari unicorn. Padahal, regulator yaitu OJK sudah menerbitkan aturan multiple voting share (MVS).
“Sampai saat saya bicara sekarang ini belum ada unicorn yang masuk pipeline,” kata Nyoman.
Meski demikian, Nyoman menambahkan jika pihaknya sejauh ini sudah melakukan diskusi dengan para manajemen perusahaan teknologi berstatus unicorn. Dia optimistis para unicorn akan memasukkan dokumen dan mempersiapkan pencatatan saham.
Menurutnya, aturan MVS telah mengakomodir kebutuhan perusahaan teknologi supaya visi dan misi para founder tetap terjaga dalam beberapa tahun ke depan. Maka itu, dia beranggapan supaya unicorn dapat tercatat di pasar modal Indonesia tanpa harus takut kepemilikan atau rencana jangka panjang terganggu.
“Kami akomodasi perusahaan kecil dan juga unicorn atau centaur yang ingin masuk pasar modal. Semua perusahan, semua sektor dan ukuran asal prospektif dan bisa memberikan keyakinan. Tidak hanya perusahaan besar tetapi juga start up,” katanya.