Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pengembang lahan industri PT Surya Semesta Internusa Tbk. membukukan penjualan lahan seluas 8,8 hektare senilai Rp155,9 miliar pada periode sembilan bulan pertama tahun ini.
Emiten dengan kode saham SSIA ini menyampaikan masih ada potensi penjualan lahan seluas 5 hektare lagi menjelang tutup tahun.
VP Head of Investor Relations Surya Semesta Internusa Erlin Budiman mengatakan penjualan lahan backlog seluas 8,8 hektare tersebut baru akan dibukukan pada kuartal IV/2021.
“Memang di akunting belum ada lahan yang kami bukukan selama 9 bulan. Rencananya backlog di Karawang seluas 8,8 hektare akan kami bukukan di kuartal IV/2021,” kata Erlin dalam paparan publik, Kamis (9/12/2021).
Dia mengatakan penjualan lahan Suryacipta City of Industry Karawang per September 2021 ini mengalami kenaikan sebesar 58,5 persen dibadingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu seluas 5,6 hektare. Kenaikan ini menjadi indikator gairah penjualan lahan industri ke depannya.
Jelang tutup tahun, SSIA berencana akan menjual sekitar 5 hektare lagi lahan di Karawang. Erlin menyampaikan calon pembeli dari lahan itu berasal dari sektor teknologi atau data center.
Baca Juga
“Belakangan kami banyak menerima inquiries dari sektor IT related atau data center sejak 2019. Kami usahakan 5 hektare tercapai tahun ini. Kalau tidak bisa, akan bergeser ke Januari. Ini sangat positif untuk SSIA,” ujar Erlin.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2021, SSIA membukukan penurunan pendapatan sebesar 34,45 persen secara tahunan menjadi Rp1,39 triliun dari sebelumnya Rp2,12 triliun.
Erlin menyebut pandemi yang masih berlanjut hingga tahun ini menjadi tantangan tersendiri bagi kinerja perseroan baik dari sektor properti, konstruksi, maupun perhotelan. SSIA pun memperkirakan pendapatan perseroan bakal turun 20 persen - 25 persen pada 2021 ini.
Adapun, pendapatan dari jasa konstruksi mengalami penurunan 39,24 persen secara tahunan menjadi Rp1,01 triliun pada akhir September 2021. Penjualan tanah kawasan industri juga turun 88,17 persen menjadi Rp7,38 miliar. Pendapatan hotel turun 40,79 persen menjadi Rp102,75 miliar.
Di sisi lain, penjualan real estat melaju menjadi Rp41,34 miliar dari sebelumnya Rp0,21 miliar. Sedangkan pendapatan sewa, parkir, jasa pemeliharaan, dan utilitas naik tipis 3,97 persen menjadi Rp225,44 miliar.
Rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk SSIA pun meningkat menjadi Rp268,99 miliar dari sebelumnya rugi Rp197,87 miliar.