Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melonjak hampir lima persen pada akhir perdagangan Selasa pagi (7/12/2021) di Asia.
Minyak berhasil menambal kerugian pekan lalu di tengah harapan varian Omicron akan memiliki dampak ekonomi yang minim jika gejalanya sebagian besar terbukti ringan.
Di sisi lain, kenaikan harga juga ditopang oleh keputusan Arab Saudi menaikkan harga jual minyaknya untuk pasar Asia dan Amerika Serikat.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari terangkat US$3,20 atau 4,6 persen, menjadi menetap di US$73,08 per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari bertambah US$3,23 atau 4,9 persen, menjadi ditutup di US$69,49 per barel. Pekan lalu kedua harga acuan tersebut turun untuk enam minggu berturut-turut.
Laporan di Afrika Selatan mengatakan kasus Omicron di sana hanya menunjukkan gejala ringan dan pejabat tinggi penyakit menular AS Anthony Fauci mengatakan kepada CNN bahwa tidak ada tingkat keparahan yang besar sejauh ini.
Gedung Putih mengatakan pada Senin (6/12/2021) bahwa larangan AS terhadap warga negara asing memasuki negara itu dari delapan negara Afrika selatan adalah sesuatu yang dipertimbangkan kembali oleh penasihat kesehatan masyarakat Presiden Joe Biden setiap hari.
Baca Juga
"Semua berita utama hari ini bullish," kata Analis Senior Price Futures Group Phil Flynn. "Momentumnya tampaknya melompat kembali," lanjut Fylnn.
Patokan global Brent telah meningkat 38 persen tahun ini, didukung oleh pembatasan produksi yang dipimpin oleh kelompok produsen OPEC+, meskipun telah jatuh dari level tertinggi tiga tahun di atas US$86 pada Oktober.
"Kenaikan hari ini dipicu oleh Arab Saudi menaikkan harga jual resmi [OSP] pada akhir pekan," kata Analis Energi Commerzbank Research Carsten Fritsch, Senin (7/12/2021).
Eksportir terbesar dunia itu mengatakan pada Minggu (5/12/2021) bahwa mereka akan mengenakan harga premium yang lebih tinggi untuk pengiriman minyak ke Asia dan Amerika Serikat pada Januari dibandingkan bulan sebelumnya.
Arab Saudi menaikkan harga jual resmi Januari untuk semua kadar minyak mentah yang dijual ke Asia dan Amerika Serikat hingga 80 sen dari bulan sebelumnya.
"Premi yang lebih tinggi untuk Asia dan AS dapat dianggap sebagai tanda permintaan yang kuat. Ini mendukung keputusan minggu lalu oleh OPEC+ untuk memperluas produksi minyak dengan tambahan 400.000 barel per hari pada Januari," tambah Fritsch.
Kelompok OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, pekan lalu memutuskan untuk terus meningkatkan pasokan bulanan sebesar 400.000 barel per hari (bph) pada Januari, bahkan setelah penurunan harga yang didorong oleh kekhawatiran Omicron.
Menteri Perminyakan Irak Ihsan Abdul-Jabbar mengatakan dia memperkirakan harga minyak akan mencapai lebih dari US$75, kantor berita negara INA melaporkan. Dia menambahkan bahwa OPEC sedang mencoba untuk mengendalikan secara positif pasar energi, menurut INA.
Harga minyak juga didukung oleh berkurangnya prospek kenaikan ekspor minyak Iran setelah pembicaraan tidak langsung AS-Iran tentang penyelamatan kesepakatan nuklir Iran 2015 terhenti pekan lalu.