Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Desember Banyak Libur, Nilai Transaksi Broker Tak Akan Berubah Signifikan

Tren nilai transaksi saham mengalami penurunan pada bulan November lalu.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Mandiri Sekuritas atau Mansek tidak melihat adanya pertumbuhan signifikan untuk nilai transaksi saham pada Desember 2021 seiring dengan sikap pasif investor di masa libur natal dan tahun baru.

Direktur Mandiri Sekuritas Heru Handayanto pada Kamis (2/12/2021) mengatakan, tren nilai transaksi saham mengalami penurunan pada bulan November lalu.

Berdasarkan data Bloomberg, Mandiri Sekuritas membukukan nilai transaksi Rp34,59 triliun pada bulan lalu. Sekuritas berkode CC ini mengalami penurunan nilai transaksi dari posisi Rp37,35 triliun pada Oktober lalu.

Mandiri Sekuritas berturut-turut paling banyak mentransaksikan ABMM, TLKM, dan BBRI dengan total nilai transaksi masing-masing Rp2,41 triliun. Rp2,16 triliun, dan Rp1,87 triliun.

Heru mengatakan, pada bulan Desember nilai transaksi saham masih memiliki kemungkinan yang sama untuk naik ataupun turun. Meski demikian, menurutnya perbedaan nilai transaksi dibandingkan bulan lalu akan cenderung tipis.

Ia menambahkan, secara historis transaksi pada bulan Desember akan cenderung mengalami penurunan.

“Memang akan cenderung turun karena banyak investor memilih untuk tidak memasang posisi saat liburan natal dan tahun baru,” jelasnya.

Adapun, Mandiri Sekuritas masih akan mengandalkan layanan digitalnya melalui aplikasi MOST untuk menjaga nilai transaksi di sisa tahun ini.

Secara terpisah, Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada menambahkan prospek nilai transaksi saham di akhir tahun ini masih belum dapat ditebak arahnya.

Reza menjelaskan, saat ini pasar masih menanti akan terjadinya window dressing. Hal tersebut karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah mengalami lonjakan dan bahkan mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa di pertengahan November lalu.

Lonjakan IHSG tersebut menurutnya disebabkan oleh tren kenaikan harga komoditas yang juga terjadi dalam rentang waktu tersebut.

“Untuk nilai transaksi akhir tahun sepertinya masih abu-abu karena kita belum tahu apakah akan terjadi window dressing atau tidak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper