Bisnis.com, JAKARTA - Pendapatan emiten menara PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel, akan bersumber dari banyak lini usaha, dengan pertumbuhan diperkirakan mencapai 10 persen setiap tahunnya.
Direktur Investasi Dayamitra Telekomunikasi Hendra Purnama mengemukakan peluang bisnis serat optik ke depan sangat besar.
Pasalnya, instrumen tersebut menjadi keharusan bagi 5G. Tanpa serat optik, layanan 5G sulit berjalan maksimal. Ke depan, pendapatan Mitratel bersumber dari banyak lini.
“Mitratel juga akan memperoleh keuntungan dari lini bisnis edge computing, internet of things (IoT), dan masih banyak lini bisnis lain yang muncul seiring era 5G,” katanya, dikutip Rabu (1/12/2021).
Meski terus berupaya meningkatkan pendapatan, Mitratel tak lupa melakukan efisiensi untuk memperbaiki posisi margin. Hal ini tampak dari upaya Mitratel menekan jumlah vendor.
“Sejak awal tahun ini, jumlah vendor kami kurangi dari yang dahulu ada 22, sekarang tinggal sembilan. Dari situ, kami juga membuat klaster-klaster tertentu. Jadi, mereka operasinya lebih enak di area tertentu dan economic of scale juga lebih baik. Hasilnya, biaya mereka lebih kecil dan biaya ke kami juga lebih rendah," ujarnya.
Baca Juga
Tidak cuma itu, Mitratel akan melakukan digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi di proses dan lapangan, terutama dari sisi maintenance.
Berbagai upaya efisiensi itu hasilnya bisa dilihat, maintenance menara yang biasanya dalam sebulan menelan biaya sekitar Rp2,7 juta per bulan, per Juni 2021 turun menjadi Rp1,7 juta atau setara 34 persen.
Sebagai perusahaan penyedia infrastruktur menara telekomunikasi terdepan, pendapatan rata-rata Mitratel ditargetkan tumbuh 10 persen - 11 persen per tahun, di atas industri menara telekomunikasi yang tumbuh 5 persen--6 persen.
“Neraca keuangan yang kuat diyakini akan mendukung pertumbuhan tersebut,” katanya.
Hendra menegaskan, pertumbuhan pendapatan tersebut karena Mitratel memiliki neraca keuangan yang kuat. Dengan begitu, Mitratel akan mendapatkan pertumbuhan pendapatan melalui bisnis organik maupun anorganik.
Hendra menambahkan, selain mengincar pertumbuhan dari sisi pendapatan, perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia ini juga menargetkan tenancy ratio pada 2025--2026 menjadi 1,8 kali dari rata-rata saat ini 1,5 kali.