Bisnis.com, JAKARTA — Emiten farmasi BUMN, PT Indofarma Tbk. (INAF), meraih penghargaan dalam ajang Bisnis Indonesia TOP BUMN Awards 2021 yang berlangsung pada Selasa (30/11/2021).
Indofarma menyabet penghargaan TOP BUMN Awards 2021 untuk kategori “TOP Corporate BUMN’ untuk kategori public company non-financial sector with asset up to Rp15 Trillion.
Perjalanan emiten farmasi berkode saham INAF itu berawal pada 1918 dari unit produksi kecil di Rumah Sakit Pusat Pemerintah Hindia Belanda yang memproduksi salep dan kasa pembalut.
Selang 13 tahun kemudian atau tepatnya pada 1931, unit produksi dipindahkan ke Manggarai, Jakarta, kemudian dikenal sebagai Pabrik Obat Manggarai dan mulai memproduksi tablet dan injeksi.
Pemerintah Jepang mengambil alih di bawah Manajemen Takeda Pharmaceuticals pada 1942. Pemerintah Indonesia baru mengambil alih pada 1950 di bawah pengelolaan departemen kesehatan.
Indofarma baru berubah status 31 tahun kemudian menjadi Perusahaan Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma). Setelah itu, mereka membangun Pabrik di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat di areal seluas 20 hektar pada 1988.
Baca Juga
Pemindahan aktivitas produksi ke Pabrik Cibitung berlangsung 3 tahun kemudian. Indofarma kemudian melakukan pencatatan saham di bursa efek pada 2001.
Transformasi terus berlanjut dan dalam perkembangan terkini atau tepatnya pada 2020, Indofarma bergabung ke dalam Holding Farmasi dipimpin oleh PT Bio Farma (Persero).
Catatan kinerja Indofarma sepanjang 2021 terbilang ciamik. Hal itu tecermin dari pencapaian hingga kuartal III/2021.
INAF mencetak kenaikan pendapatan dua kali lipat hingga kuartal III/2021. Perseroan pun berbalik mencetak laba bersih dibandingkan dengan rugi bersih pada periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2021, INAF mencetak penjualan bersih sebesar Rp1,49 tiliun naik 99,91 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp749,25 miliar.
Seiring melejitnya penjualan, beban pokok penjualan juga meningkat menjadi Rp1 triliun dibandingkan dengan Rp565,74 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Beban penjualan juga meningkat menjadi Rp115,84 miliar dari Rp95,94 miliar, beban umum dan administrasi juga meningkat menjadi Rp105,45 miliar dari Rp75,24 miliar.
Perseroan juga mencatatkan kerugian bersih lain-lain meningkat tajam menjadi sebesar Rp227 miliar dari hanya Rp5,39 miliar.
Kendati berbagai beban tersebut meningkat, perseroan berhasil mencatat laba usaha sebesar Rp48,48 miliar sepanjang 9 bulan 2021 dibandingkan dengan Rp6,93 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Dengan demikian, INAF berhasil mencatat laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi sebesar Rp2,82 miliar hingga kuartal III/2021 dibandingkan dengan rugi bersih Rp18,88 miliar sepanjang 9 bulan tahun lalu.
Posisi jumlah aset perseroan juga melonjak menjadi Rp2,33 triliun per 30 September 2021 dibandingkan dengan Rp1,71 triliun per 31 Desember 2020.
Adapun, ekuitas INAF naik tipis menjadi Rp433,16 miliar per 30 September 2021 dari Rp430,32 miliar pada akhir tahun lalu.