Bisnis.com, JAKARTA - Emiten properti PT Lippo Karawaci Tbk. membukukan pendapatan prapenjualan senilai Rp4,4 triliun.
Realisasi tersebut telah melampaui target marketing sales yang direvisi naik tahun ini senilai Rp4,2 triliun. Adapun, sebelumnya emiten dengan kode saham LPKR ini menargetkan marketing sales senilai Rp3,5 triliun tahun ini.
CEO Lippo Karawaci John Riady optimistis perseroan dapat mencatatkan marketing sales senilai Rp4,7 triliun saat tutup buku di akhir tahun.
“Pencapaian prapenjualan selama 2021 diestimasi dapat mencapai Rp4,7 trilin dan pada 2022 mencapai Rp5,2 triliun,” kata John dalam siaran pers, Senin (29/11/2021).
Penguatan bisnis properti perseroan mendorong lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investor Service mengerek naik outlook peringkat utang perseroan.
Moody’s meningkatkan outlook peringkat utang emiten dengan kode saham LPKR menjadi positif dari sebelumnya stabil. Outlook positif itu diberikan setelah Moody’s melakukan kajian ulang kinerja bisnis, posisi finansial, dan likuiditas LPKR.
Baca Juga
“Kami senang dengan outlook rating ‘Positif’ dari Moody’s yang didukung perbaikan arus kas, kenaikan likuiditas, dan prapenjualan yang tinggi dari perusahaan,” tulis John.
Adapun, Moody’s disebut membuka peluang untuk menaikkan rating LPKR menjadi B2 dari sebelumnya B3 apabila arus kas operasi pada perusahaan holding berada di area positif. Selain itu syarat lainnya juga apabila LPKR tidak bergantung dengan penjualan aset serta rasio utang menunjukkan perbaikan.
Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir pada 30 September 2021, emiten dengan kode saham LPKR mengalami kenaikan pendapatan sebesar 44,20 persen menjadi Rp10,95 triliun dari posisi Rp7,59 triliun pada kuartal III/2021.
Rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pun berkurang drastis menjadi rugi Rp573,29 miliar dari sebelumnya rugi Rp2,34 triliun. EBITDA Lippo Karawaci naik sebesar 84 persen seiring dengan pertumbuhan bisnis properti dan layanan kesehatan.