Bisnis.com, JAKARTA – Bitcoin telah anjlok 20 persen dari posisi rekor tertingginya yang dicapai awal November lalu lantaran varian baru virus corona mendorong aksi jual aset berisiko.
Mengutip Bloomberg, Jumat (26/11/2021), Bitcoin sebagai token terbesar di dunia turun sebanyak 7,5 persen menjadi US$54.430,35 pada perdagangan Jumat di London. Ether, mata uang digital terbesar kedua, turun 9 persen, sedangkan Indeks Crypto Galaxy Bloomberg yang cakupannya lebih luas turun 4 persen.
Varian corona teranyar yang diidentifikasi di Afrika Selatan mendorong likuidasi di seluruh pasar dengan saham Eropa jatuh paling banyak sejak Juli sementara pasar negara berkembang merosot. Bitcoin pun sebenarnya telah berada di bawah tekanan sejak mencapai rekor tertinggi hampir US$69.000 pada awal bulan ini.
Ketika menjelang November, kenaikan Bitcoin didorong oleh antusiasme investor saat Bitcoin ETF untuk pertama kalinya resmi diperdagangkan di Amerika Serikat.
Adapun memasuki minggu ini, para analis telah mengutip sejumlah hambatan kripto termasuk persyaratan pelaporan pajak AS untuk mata uang digital dan pengetatan peraturan China yang semakin intensif.
Baca Juga
Sekarang, prospek strain virus baru berisiko melemahkan likuiditas dan selera risiko untuk sektor spekulatif. Seperti biasa, pandangan bullish tetap berkomitmen pada penilaian bahwa lebih banyak institusi dan investor ritel akan merangkul mata uang virtual.
Untuk saat ini mundurnya Bitcoin adalah tontonan untuk penurunan pasar global pada varian baru yang diidentifikasi sebagai B.1.1.529. Pasalnya pembuat kebijakan bergegas untuk memperlengkapi kembali kebijakan perjalanan lintas batas. Adapun, Bitcoin masih naik lebih dari 85 persen sepanjang tahun berjalan ini.