Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah dibuka menguat tipis lantaran dolar AS melemah yang tertekan kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga bank sentral The Fed yang berpotensi lebih cepat dari perkiraan.
Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (18/11/2021), mata uang Garuda menguat 9 poin atau 0,06 persen ke Rp14.234 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,107 poin atau 0,11 persen ke 95,72.
Pelemahan dolar AS juga mendongkrak penguatan mata uang lain di Asia, seperti yen Jepang yang menguat 0,04 persen, dolar Taiwan yang menguat 0,16 persen, dan won Korea Selatan yang menguat 0,16 persen.
Sebelumnya dolar AS bisa menguat mencapai tertinggi baru sejak Maret 2017 dan diperdagangkan mendekati puncak.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, Penguatan ini karena serangkaian data ekonomi yang kuat mendorong kenaikan suku bunga Federal Reserve.
“Data yang dirilis pada Selasa menunjukkan penjualan ritel AS tumbuh 1,7 persen, lebih baik dari yang diharapkan," kata Ibrahim dalam risetnya, Rabu (17/11/2021).
Baca Juga
Sementara dari dalam negeri, pemerintah melalui menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan rasio defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menurun hingga 3,29 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Oktober 2021 atau mencapai Rp548,9 triliun.
Hal ini menandakan defisit APBN mengalami penurunan dibandingkan Oktober tahun lalu yang sebesar 4,67 persen terhadap PDB.
Dengan demikian, defisit anggaran pada tahun ini bisa tetap terkendali di atas 5 persen PDB, menurun dibanding realisasi tahun lalu yang berada di atas 6 persen PDB.
Adapun untuk perdagangan hari ini, Kamis (18/11/2021), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi, ditutup melemah di rentang Rp14.230-Rp14.280.