Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah katalis positif bakal mewarnai kinerja emiten semen pelat merah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. pada akhir tahun ini. Para analis pun mempertahankan rekomendasi beli untuk saham dengan ticker SMGR tersebut.
Analis Valbury Sekuritas Budi Rustanto dan Devi Hartojo menuliskan di dalam riset terbaru yang dipublikasikan lewat Bloomberg bahwa pemulihan ekonomi yang terjadi di masa moneter longgar dan banjir stimulus fiskal tahun ini bakal mengerek konsumsi semen nasional.
Adapun, Budi dan Devi mempertahankan perkiraan konsumsi semen tahun ini bisa tumbuh sebesar 5 persen secara tahunan ditopang geliat industri properti dan pengembangan infrastruktur. Sektor properti dan infrastruktur belakangan ini kembali bergairah terutama setelah pemerintah melonggarkan pembatasan sosial.
Belum lagi, industri properti yang mendapat stimulus berupa perpanjangan PPN nol persen hingga akhir tahun terbukti mendorong kinerja marketing sales pengembang properti. Sementara itu, kehadiran RUU Cipta Kerja dan Indonesia Investment Authority (INA) tampil sebagai pendongkrak di sektor infrastruktur.
“Kami perkirakan penjualan semen curah akan melonjak jelang akhir tahun seiring dengan akselerasi pengembangan infrastruktur,” tulis Budi dan Devi, dikutip pada Senin (15/11/2021).
Kendati demikian, kondisi kelebihan pasokan dilihat masih akan terjadi hingga tahun-tahun mendatang. Kelebihan pasokan semen diperkirakan mencapai 55 juta juta ton dan bakal mendorong pemasok semen berlomba-lomba di dalam kompetisi harga jual.
Baca Juga
Di dalam kompetisi itu, Semen Indonesia dinilai bakal lebih tahan banting. Pasalnya, SMGR memiliki portofolio dengan berbagai merek sehingga harga semen merek utamanya tetap terjaga walaupun tetap menaikkan harga jual rata-rata (ASP) di beberapa wilayah.
Sementara untuk meningkatkan utilisasi, SMGR juga akan meningkatkan volume pengiriman ekspor seiring dengan kenaikan permintaan dari negara-negara di regional Asia Tenggara.
Di sisi lain, kenaikan harga batu bara dan minyak masih menjadi tantangan bagi marjin perseroan. Budi dan Devi melihat Semen Indonesia akan mengurangi dampak tekanan itu dari sisi meningkatkan penggunaan batu bara berkalori rendah dan mengamankan kontrak dengan pembeli.
Valbury Sekuritas pun memberikan rekomendasi beli untuk saham SMGR dengan target harga Rp11.000 per saham.
Analis J.P. Morgan Sekuritas Henry Wibowo dan Arnanto Januri menambahkan bahwa SMGR telah mulai menaikkan ASP sejak awal November 2021 sekitar 6 persen untuk wilayah Jawa. Perseroan berencana menaikkan ASP juga sebesar 6 persen di wilayah lain di luar Jawa atau lebih tinggi dari kenaikan ASP pada Oktober 2021 sebesar 4 persen.
“Penentuan harga pada kuartal IV/2021 akan memiliki dampak besar untuk 2022 (ASP yang lebih tinggi akan efektif untuk tiga bulan pertama pada 2022) di tengah-tengah penurunan harga batu bara,” tulis Henry dan Arnanto dalam riset.
Adapun, harga batu bara berjangka Newcastle terpantau bergerak moderat sekitar US$110 per ton dibandingkan dengan US$140 - US$150 per ton pada pekan sebelumnya.
Dari dalam negeri, pemerintah telah memutuskan harga jual batu bara untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar industri semen dan pupuk di dalam negeri sebesar US$90 per metrik ton (MT) free on board (FOB) vessel sejak 1 November 2021 sampai dengan 31 Maret 2022.
Henry dan Arnanto meyakini kombinasi kenaikan rata-rata harga jual dan penetapan harga batu bara untuk industri semen bakal menjadi dasar yang cukup kuat untuk mengukur ulang valuasi saham SMGR.
Saat ini, J.P. Morgan Sekuritas memberikan rekomendasi overweight untuk saham SMGR karena neraca keuangan dan deleveraging dari dalam tubuh perseroan bakal menyeimbangkan dampak tekanan marjin terhadap pertumbuhan pendapatan.
Belum lagi, posisi SMGR makin dominan sebagai market leader di industri semen Tanah Air setelah mengakuisisi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. (SMCB).
“Kami memperpanjang bingkai waktu valuasi ke akhir 2022 sehingga target harga untuk saham SMGR tidak berubah tetap Rp12.000,” tulis Henry dan Arnanto.
Di lantai bursa, saham SMGR terpantau melemah 2,39 persen menjadi Rp9.200 pada akhir perdagangan Senin (15/11/2021). Sejak awal tahun harga turun 25,96 persen namun dalam tiga bulan terakhir saham SMGR terapresiasi 4,84 persen. Kapitalisasi pasar tercatat Rp54,57 triliun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.