Bisnis.com, JAKARTA – PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 20 Desember 2021, untuk menyetujui rencana pemecahan saham dengan perbandingan 1:5.
Sebelumnya direksi AKR Corporindo dalam rapat yang diadakan pada 25 Oktober 2021 menyetujui usulan stock split yang bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham perseroan di BEI.
Presiden Direktur AKR Corporindo Haryanto Adikoesoemo mengatakan, melalui stock split ini, harga saham perseroan akan menjadi lebih terjangkau, khususnya bagi investor ritel. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah pemegang saham perseroan.
Sebagaimana diketahui, partisipasi investor ritel di pasar saham Indonesia dan regional telah meningkat secara signifikan selama setahun terakhir, dengan banyaknya investor dari generasi muda dan milenial yang berinvestasi di saham-saham IDX 30 dan LQ 45. Direksi AKRA melihat tren yang positif untuk perkembangan pasar saham.
Dengan stock split ini, nilai nominal saham AKRA akan menjadi Rp20 per saham dari nilai nominal saat ini sebesar Rp100 per saham. Adapun pada pembukaan perdagangan Kamis (11/11/2021), saham AKRA dibuka pada harga Rp4.450 per saham.
Baca Juga
“Sebagai konstituen LQ45 dan IDX ESG Leader Index, AKR Corporindo yang telah memberikan kinerja yang konsisten selama 3 tahun terakhir, akan menarik bagi investor ritel. Usulan untuk stock split akan meningkatkan likuiditas AKRA dan meningkatkan kepemilikan saham di antara komunitas investor. Kami mendukung upaya BEI dan pemerintah untuk mengembangkan pasar modal Indonesia dan meningkatkan partisipasi anak muda di pasar modal domestik," kata Haryanto, Kamis (11/11/2021).
Dia melanjutkan, AKRA memberikan kinerja yang kuat selama sembilan bulan 2021 dengan pertumbuhan laba bersih 20 persen secara tahunan menjadi Rp797 miliar, melanjutkan pertumbuhan 30 persen untuk laporan keuangan 2020.
Dia juga menuturkan, sebagai distributor bahan baku dan bahan bakar esensial, AKRA mendistribusikan produk kepada pelanggan di seluruh Indonesia tanpa gangguan selama pandemi didukung oleh logistik dan infrastruktur supply chain yang luas, serta IoT yang optimal.
"Kami melihat prospek bisnis kami terus membaik dengan dimulainya kembali kegiatan ekonomi dan upaya pemerintah untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi. Harga komoditas yang terus tinggi mengakibatkan meningkatnya permintaan bahan kimia dasar dan produk BBM di Indonesia," ucapnya.