Bisnis.com, JAKARTA – PT AKR Corporindo Tbk. mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 20 persen secara year on year (yoy) pada kuartal III/2021. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik menjadi salah satu penopang pertumbuhan kinerja perusahaan.
Berdasarkan keterangan dari laman resmi perusahaan pada Selasa (26/10/2021), emiten berkode saham AKRA ini mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan pada entitas induk sebesar Rp797 miliar, tumbuh 20 persen bila dibandingkan perolehan kuartal III/2020.
Laba operasional perusahaan juga tercatat naik 18 persen secara yoy ke posisi Rp1,07 triliun. Sementara pendapatan konsolidasi tumbuh 24 persen yoy menjadi Rp17,25 triliun.
Presiden Direktur AKRA Haryanto Adikoesoemo menjelaskan pertumbuhan kinerja perusahaan ditopang oleh kenaikan volume penjualan dan harga komoditas yang naik.
Volume penjualan bahan bakar minyak (BBM) dan bahan kimia dasar telah menguat sejak beberapa kuartal lalu dengan pemulihan yang terjadi pada konsumen utama perusahaan.
“Perusahaan terus menjaga margin dan mengontrol pengeluaran, meningkatkan produktivitas, dan menjaga net gearing pada level yang rendah,” jelasnya.
Baca Juga
Ia melanjutkan, sektor kawasan industri mencatatkan pertumbuhan kontribusi terhadap penerimaan perusahaan. Hal ini seiring dengan perkembangan positif yang dialami AKRA pada sektor ini, salah satunya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik.
Haryanto mengatakan KEK JIIPE Gresik menarik banyak perhatian investor dan telah menandatangani perjanjian pembangunan smelter dengan Freeport Indonesia.
“Kami optimistis dapat menjaga kinerja keuangan pada kuartal mendatang. Dengan status JIIPE Gresik sebagai KEK dan kunjungan Presiden Joko Widodo belum lama ini, JIIPE Gresik menawarkan sejumlah keringanan pajak dan kemudahan berbisnis yang menjadikan KEK ini atraktif bagi investor,” jelasnya.
Selain itu, tren kenaikan harga komoditas juga masih akan berimbas positif bagi kinerja perusahaan. Menurutnya, Indonesia akan menjadi salah satu negara yang terdampak positif dari tren tersebut.
“Kami mengantisipasi adanya kenaikan permintaan terhadap BBM dan bahan kimia dari pelanggan kami. Dengan infrastruktur logistik dan pengadaan produk yang handal, kami optimistis dapat memenuhi permintaan tersebut sehingga akan meningkatkan profitabilitas kepada para pemegang saham,” pungkasnya.