Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah global mengawali pekan ini dengan bergerak di zona merah setelah sejumlah negara mendesak OPEC+ untuk memberikan tambahan pasokan ke pasar.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (1/11/2021) pukul 16.13, harga minyak mentah di West Texas Intermediate (WTI) tercatat turun tipis 0,02 poin atau 0,02 persen ke US$83,55 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent bergerak naik 0,33 poin atau 0,39 persen ke US$84,30 per barel.
“Harga minyak terpantau bergerak terkonsolidasi dibebani oleh desakan dari AS, Jepang dan India agar OPEC+ dapat menambah lebih banyak pasokan ke pasar,” tulis Tim Riset Indonesia Commodity and Derivative Exchange (ICDX), Senin (1/11/2021).
Selain itu, langkah pemerintah China yang merilis cadangan bahan bakar untuk pasar domestik memicu spekulasi akan turunnya impor minyak oleh China.
Meski demikian, sinyal OPEC+ untuk menahan laju produksi memberikan dukungan pada harga minyak dan membatasi penurunan harga lebih lanjut.
Menteri Irak Ihsan Abdul Jabbar mengatakan, peningkatan harian sebesar 400 ribu barel per jam dalam produksi minyak OPEC+ akan cukup untuk memenuhi permintaan pasar. Abdul Jabbar menambahkan, kenaikan bulanan tersebut akan membantu menstabilkan pasar minyak.
Baca Juga
OPEC dan sekutunya dijadwalkan akan bertemu pada 4 November ini untuk membahas mengenai kondisi pasar minyak serta kebijakan kuota produksi.
Sementara itu, sebelumnya Presiden Joe Biden pada Sabtu (30/10/2021) waku setempat mendesak negara-negara produsen energi utama G20 untuk segera meningkatkan produksi guna memastikan pemulihan ekonomi global. Desakan ini juga sebagai bagian dari upaya untuk menekan OPEC+ agar menambah lebih banyak pasokan ke pasar.
Senada dengan pernyataan AS, India dan Jepang yang masing-masing merupakan konsumen minyak terbesar ketiga dan keempat dunia juga turut menyerukan agar negara-negara produsen minyak khususnya OPEC dan sekutunya dapat meningkatkan produksi serta mengambil langkah-langkah yang tepat agar tidak menghalangi pemulihan ekonomi dunia.
Turut menambah tekanan pada harga minyak, Administrasi Cadangan Pangan dan Strategis Nasional China mengungkap bahwa China telah merilis cadangan bensin dan solar dalam upaya memenuhi pasokan domestik dan mendukung stabilitas harga di beberapa wilayah.
Menyusul pernyataan tersebut, Sinopec Corp yang merupakan kilang minyak terbesar China, mengatakan pihaknya berencana untuk sepenuhnya memanfaatkan kapasitas penyulingan domestik pada November serta akan meningkatkan pasokan solar sebesar 29 persen dari tahun lalu untuk memastikan stasiun pengisian tidak kehabisan stok.
“Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak akan berada dalam kisaran resistance di US$84,15 – US$85,55 per barel, serta kisaran support di US$81,35 – US$79,94 per barel,” imbuh Tim Riset ICDX.