Bisnis.com, JAKARTA – Infovesta Utama mengungkapkan beberapa sentimen global berpotensi menekan kinerja instrumen reksa dana berbasis surat utang. Apalagi dalam satu bulan terakhir harga obligasi mengalami penurunan.
Berdasarkan laporan mingguan Infovesta untuk periode 15 Oktober 2021 - 22 Oktober 2021, kepemilikan investor asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) telah menyusut hingga Rp15,06 triliun sepanjang tahun 2021.
Pada laporan disebutkan beragam isu global yang membayangi diantaranya rencana tapering off oleh The Fed yang akan dimulai pertengahan November mendatang, percepatan kenaikan tingkat suku bunga The Fed pada pertengahan tahun 2022 berpotensi menekan kinerja reksa dana berbasis surat utang.
Belum lagi juga terdapat krisis likuiditas perusahaan raksasa properti di China, Evergrande. Selain itu, juga terdapat kekhawatiran stagflasi di negara-negara maju yang pada akhirnya memicu fluktuasi pergerakan pasar obligasi.
“Ditinjau selama sebulan terakhir, tampak harga obligasi tertekan secara berturut-turut,” tulis laporan mingguan Infovesta, dikutip Kamis (28/10/2021).
Meski demikian, kinerja obligasi melalui Infovesta Government Bond Index dalam pekan lalu bisa kembali mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,10 persen dengan aksi beli asing sebesar Rp5,8 triliun yang kemudian juga berdampak pada kinerja reksa dana berbasis surat utang dalam sepekan yang naik 0,08 persen.
Baca Juga
Lebih lanjut Infovesta mengungkapkan, terkait dengan potensi penarikan dana asing ke depannya akan berpengaruh pada pelemahan nilai tukar rupiah yang akhirnya bisa menekan kinerja reksa dana berbasis surat utang seiring dengan tapering yang akan dimulai pada bulan mendatang.
Menurutnya dampak tapering sendiri akan tetap terasa meski tidak akan sebesar dampak taper tantrum yang terjadi pada tahun 2013 lalu.
Infovesta menyampaikan bahwa fundamental ekonomi domestik saat ini sudah cukup baik sehingga memberikan optimisme terhadap ketahanan ekonomi Indonesia saat menghadapi dampak tapering di akhir tahun ini.
“Di sisi lain, fundamental ekonomi domestik yang sudah cukup baik di mana ditunjukkan oleh leading indicator yang terus mengalami perbaikan pasca membaiknya kasus Covid-19,” papar Infovesta.
Selain itu, juga disampaikan bahwa dukungan Bank Indonesia (BI) melalui triple intervention policy termasuk pembelian SBN di pasar sekunder dan burden sharing antara Kementerian Keuangan dan BI akan bisa menopang kinerja reksa dana pendapatan tetap.
Sentimen-sentimen di atas diungkapkan akan berdampak pada fluktuasi harga obligasi. Oleh karena itu, Infovesta menyarankan Manajer Investasi untuk mengevaluasi kembali produknya dengan menerapkan sejumlah strategi.
Infovesta kemudian mencontohkan dengan saran memperbesar porsi obligasi korporasi yang secara harga dan volatilitas pasarnya menurutnya lebih terkendali dibandingkan dengan surat berharga negara.
“Kami memandang bahwa strategi tersebut dapat mendorong kinerja produk reksa dana berbasis surat utang lebih baik ke depannya di tengah gejolak pasar obligasi yang terjadi,” tutup Infovesta.