Bisnis.com, PANGKAL PINANG - Harga timah masih terus menanjak dan melanjutkan reli sepanjang tahun, terdorong oleh gangguan pasokan karena pandemi dan tingginya permintaan. Hal itu menjadi sentimen positif bagi PT Timah Tbk.
Berdasarkan data Bloomberg, harga timah pada London Metal Exchange pada perdagangan Selasa (12/10/2021) parkir pada US$36.382 per ton.
Adapun, harga timah sepanjang tahun ini sudah naik sampai 80 persen, melampaui logam dasar lainnya seperti tembaga dan aluminium di pasar London Metal Exchange (LME).
Pelaku pasar timah saat ini tengah memperhatikan perbaikan ekonomi yang bisa meningkatkan konsumsi di saat adanya gangguan pasokan karena hambatan pengiriman dan produksi dari para pemasok di Asia.
Pasokan timah di pasar Shanghai dan London sendiri saat ini tercatat mendekati titik terendah dalam beberapa tahun.
Terkait hal tersebut, Direktur Utama PT Timah Tbk (TINS) Mochtar Riza Pahlevi Tabrani optimistis sentimen ini akan berimbas positif bagi kinerja keuangan kuartal III/2021 dan kuartal IV/2021.
Baca Juga
"Alhamdulillah kinerja membaik. Mudah-mudahan tahun ini bisa terus berkelanjutan," kata Riza di TINS Gallery, Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung, Selasa (12/10/2021).
Riza belum dapat mengungkapkan pertumbuhan kinerja maupun laba TINS pada kuartal III/2021. Meski demikian, ia menuturkan, kenaikan harga timah tidak hanya berimbas positif bagi perusahaan.
Ia menjelaskan,penguatan harga timah juga akan meningkatkan kontribusi TINS kepada kas negara. Hal ini seiring dengan posisi TINS sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga tergabung pada Holding Industri Pertambangan Indonesia atau Mind ID.
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2021, emiten berkode saham TINS mencatat pendapatannya turun 27 persen ke Rp5,87 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp8,03 triliun.
Adapun, produksi bijih timahnya pada paruh pertama 2021 tercatat turun 54 persen ke 11.457 ton dari tahun sebelumnya sebanyak 25.081 ton. Selain itu, produksi logam timahnya turun 57 persen ke 11.915 ton dari tahun sebelumnya 27.833 ton.
“Dari sisi penjualan, beriringan dengan produksi, mengalami penurunan 60 persen ke 12.523 ton dari semester I/2020 sebanyak 31.508,” jelas Direktur Keuangan TINS Wibisono beberapa waktu lalu.
Meskipun terjadi penurunan, perseroan masih mencatatkan laba dan EBITDA yang cemerlang. Untuk EBITDA perusahaan para paruh pertama tahun ini tercatat melesat 199 persen ke Rp1,04 triliun dari tahun sebelumnya hanya Rp348 miliar.
Kemudian, laba operasional Timah melambung dari minus Rp227 miliar menjadi Rp630 miliar pada semester I/2021. Selanjutnya, untuk laba bersih perseroan berhasil mencatat kenaikan ke Rp270 miliar dari tahun sebelumnya masih minus Rp390 miliar.