Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah emiten kontraktor tambang baru-baru ini meraup kontrak baru. Faktor ini makin mendukung kinerja perusahaan di tengah harga komoditas yang sedang memanas.
Berdasarkan catatan Bisnis, emiten kontraktor tambang PT Petrosea Tbk. (PTRO) mengantongi kontrak baru pertambangan bersama anak usahanya senilai US$265 juta atau setara Rp3,6 triliun.
Corporate Secretary Petrosea Anto Broto mengungkapkan perolehan kontrak baru ini terjadi pada Minggu (10/10/2021) antara perseroan sebagai manajemen proyek dan PT Karya Bhumi Lestasi sebagai kontraktor yang merupakan anak usaha 100 persen dan menjadi pihak yang mendapatkan kontrak.
Adapun, kerja sama tersebut dilakukan dengan PT Hardaya Mining Energy dan PT Central Cipta Murdaya sebagai klien dan pemberi jaminan pembayaran atas kewajiban pembayaran kepada perseroan dan anak usahanya.
Selain itu, emiten kontraktor pertambangan PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) juga berburu proyek batu bara ke Australia dengan melakukan akuisisi pada kontraktor tambang Open Cut Mining East lewat anak usahanya PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA).
Open Cut Mining East merupakan salah satu entitas anak Downer EDI Ltd., yang berbasis di Australia dan Selandia Baru. Dalam transaksi ini, Downer dan BUMA menyepakati harga senilai 150 juta dolar Australia atau hampir Rp1,6 triliun.
Baca Juga
BUMA sebelumnya juga sedang bersiap meningkatkan produksi batu bara untuk anak usaha PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang dimulai pada 2022 mendatang. BUMA menggantikan peran United Tractors sebagai penambang dalam lingkungan PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Sementara itu, PT United Tractors Tbk (UNTR) meskipun tak lagi menjalin kontrak dengan ADRO, tetap yakin bisa memenuhi target kinerja dengan kontrak bersama beberapa perusahaan batu bara lainnya.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menyebutkan kinerja ketiga perusahaan bakal positif dan bisa tumbuh.
“Seiring tren kenaikan harga batu bara, secara tidak langsung kinerja emiten kontraktor juga ikut tumbuh,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (12/10/2021).
Harga batu bara sendiri pada hari ini naik 5,90 poin atau 2,47 persen ke US$244,50 per ton. Dalam setahun, harga batu bara sudah melonjak sampai 315,68 persen dan diperkirakan terus naik sampai akhir tahun menjelang kenaikan permintaan pada musim dingin.
Terkait saham emiten angkutan tambang, Sukarno merekomendasikan trading buy pada ketiga emiten.
“Terutama untuk PTRO yang baru saja menandatangani kontrak terkait perjanjian sewa jasa pertambangan dan peralatan dengan PT Hardaya Mining Energy dan PT Central Cipta Murdaya dengan nilai kontrak US$265 juta untuk jangka waktu 4 tahun,” ujarnya.
Saham PTRO pada hari ini naik 290 poin atau 11,51 persen ke Rp2.810 dan mencatatkan pembelian bersih oleh asing senilai Rp3,32 miliar. Sukarno menyebutkan target harga untuk saham PTRO berada di Rp2.980.
Kemudian, DOID hari ini bergerak turun 2 poin atau 0,58 persen ke 342 setelah sempat menyentuh 358. Hari ini saham DOID tercatat dilepas asing sebanyak Rp2,11 miliar dan mendapat rekomendasi beli dalam pelemahan (buy on weakness) dengan target harga Rp370–Rp384.
Selanjutnya saham UNTR hari ini juga bergerak di zona merah, turun 75 poin atau 0,28 persen ke 26.275 setelah sempat bergerak naik ke 26.675. Sukarno merekomendasikan buy on weakness pada saham UNTR dengan target harga Rp28.475.
“Keduanya candle terakhir bearish, jadi untuk strategi kalau turun boleh buy on weakness dulu,” jelasnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.