Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) disebut tengah mengalami adjustment yang membuatnya terus bergerak sideways setelah naik tinggi pada tahun lalu.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan IHSG cenderung dalam siklus sideways sepanjang tahun ini. Pasalnya, pasar tengah melakukan beberapa penyeimbangan atas kenaikan pada tahun lalu.
Seperti diketahui, IHSG sempat turun ke bawah level 4.000 hingga akhirnya ditutup pada level 5.979 atau terkoreksi 5,09 persen pada tahun lalu. “Karena pada 2020 sudah melalukan reli duluan, tahun ini banyak adjustment, terjadi perpindahan arus dana juga, dan prosesnya memang lama,” katanya kepada Bisnis pada Jumat (17/9/2021).
Oleh karena itu, lanjutnya, IHSG cenderung sideways beberapa waktu belakangan. William menilai saat ini yang tengah tunggu oleh investor adalah momentum window dressing menjelang akhir tahun.
Dia optimistis momen tersebut akan menjadi titik balik bagi pergerakan pasar modal. Sementara itu, pada saat ini dia merekomendasikan investor untuk melirik sektor batu bara dan industri dasar.
Pasalnya kedua sektor itu mendapatkan sengatan dari harga komoditas yang tengah menguat. William memilih ADRO, ITMG, PTBA, dan INDY pada sektor batu bara. Adapun target harga bagi masing-masing emiten adalah Rp1.600, Rp3.800, Rp2.900 dan Rp1.500.
Baca Juga
Sementara itu untuk emiten industry dasar, William merekomendasikan ISSP dengan target harga Rp320—Rp350, JPFA Rp2.020—Rp2.230, dan CPIN Rp7.300.
Di sisi lain, sekalipun pergerakan IHSG sideways sepanjang tahun tetapi Bursa Efek Indonesia mencatat rekor penggalangan dana IPO terpecahkan pada tahun ini.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan dana hasil penawaran umum yang telah terkumpul hingga 16 September 2021 sebesar Rp32,14 triliun. Total dana itu berasal dari 38 perusahaan yang baru tercatat tahun ini.
Adapun penyumbang terbesar adalah PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) dengan torehan Rp21,9 triliun. “Total dana IPO tahun ini merupakan perolehan dana terbesar yang dihimpun perusahaan melalui IPO sejak Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977,” katanya pada Jumat (17/9/2021).
Rekor terbesar sebelumnya yaitu pada 2010 ketika total dana dihimpun melalui IPO sebesar Rp29,67 triliun. Jumlah itu diperoleh dari pencatatan saham 23 perusahaan.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.