Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah ketidakpastian ekonomi, perusahaan-perusahaan rintisan di bidang logistik terus membukukan rapor cemerlang.
Selain emiten-emiten seperti PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA), PT Satria Antaran Prima Tbk. (SAPX), PT Dewata Freightinternational Tbk. (DEAL), PT Putra Rajawali Kencana Tbk. (PURA), hingga PT Prima Globalindo Logistik Tbk. (PPGL), nama perusahaan tertutup seperti J&T Express juga menyita perhatian.
1. Sejumlah Startup Logistik Minati IPO, Jalan Lapang Terbuka
Apalagi, mengacu spekulasi pasar yang terus berkembang, perusahaan rintisan Jet Lee dan Tony Chen membuka peluang terjun ke bursa. Berdasarkan laporan CBInsight per Agustus 2021 J&T Express menjadi salah satu unikorn asal Indonesia dengan valuasi mencapai US$7,8 miliar.
Pembahasan terkait prospek emiten logistik dan IPO J&T dapat Anda baca di sini.
Pengunjung di gerai Matahari Department Store Pasaraya, Jakarta, Kamis (21/9/2017)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
2. Secercah Harapan Rebound RALS, LPPF, MAPI dkk, Pilih Mana?
Emiten ritel percaya diri mampu membalikkan kinerja negatif pada 2020, meski masih dibayangi pandemi Covid-19 serta pelemahan daya beli masyarakat.
Nama-nama seperti PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) dan PT Matahari Departement Store Tbk. (LPPF) sudah menunjukkan sinyal baik dengan kinerja positif pada paruh pertama 2021. Sementara itu, nama lain seperti PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS), PT Hero Supermarket Tbk. (HERO), dan PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) tetap percaya diri kendati rapor mereka pada paruh pertama masih relatif mengecewakan.
Pembahasan selanjutnya dapat Anda baca di sini.
ILUSTRASI REKSA DANA./Bisnis-Himawan L Nugraha
3. Manajer Investasi Bersaing Kejar Target Dana Kelolaan Reksa Dana
Jelang akhir tahun, manajer investasi terus berburu target dana kelolaan nasabah reksa dana. Meskipun, sebagian di antaranya mengakui bahwa menyamai rekor dana kelolaan pada akhir tahun lalu merupakan target yang sulit dicapai.
Pada Januari 2021, OJK mencatat dana kelolaan menyentuh level Rp571,26 triliun. Sebuah rekor tertinggi sejak 2013. Namun, angka itu terus mengendur hingga ke level Rp536,10 triliun pada Juni.
Pembahasan selanjutnya dapat Anda baca di sini.
Pengemudi mengisi daya taksi listrik Bluebird di sela-sela peluncurannya di Jakarta, Senin (22/4/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
4. Belanja Besar Purnomo di Taksi Burung Biru (BIRD)
Di tengah tren pelemahan harga saham perseroan, pengendali PT Blue Bird Tbk. (BIRD) agresif melakukan aksi borong saham emiten taksi tersebut di pasar modal. Terakhir, pekan lalu, bos BIRD Purnomo Prawiro melakukan aksi belanja saham dua kali, dengan total nominal Rp1,56 miliar.
Sebelumnya, pada 7 September, Purnomo juga melaporkan telah memborong 2,36 juta lembar saham BIRD. Transaksi yang dilakukan pada 3, 6, dan 7 September 2021 itu dilakukan dalam rentang harga yang lebih murah yakni Rp1.075 hingga Rp1.130.
Aksi borong juga dilaporkan Purnomo pada 20 Juni 2021. Saat itu, dia melaporkan membeli 2,53 juta lembar saham BIRD ke bursa.
Jumlah itu diborong dalam rentang Rp1.285 hingga Rp1.395 per lembar. Pembelian dilakukan dalam 3 hari perdagangan yakni 16, 17, dan 18 Juni 2021.
Pembahasan selanjutnya terkait investasi tersebut dapat Anda baca di sini.