Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Mulai Naik, Reksa Dana Indeks LQ45 Bisa Jadi Pilihan

Kinerja positif ini terutama dibukukan oleh emiten berkapitalisasi pasar besar (big caps) yang ikut mengerek naik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja emiten-emiten big caps menopang penguatan reksa dana saham sepanjang pekan lalu. Investor dapat memilih reksa dana berbasis indeks LQ45 seiring dengan valuasi yang masih terdiskon dan potensi return yang besar.

Direktur Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan, mulai menguatnya reksa dana saham salah satunya ditopang oleh kinerja emiten-emiten pada semester I/2021.

Kinerja positif ini terutama dibukukan oleh emiten berkapitalisasi pasar besar (big caps) yang ikut mengerek naik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Selain itu, dia melihat kembalinya minat investor untuk berinvestasi ke aset-aset dengan risiko tinggi seperti saham.

“Appetite investor asing terhadap aset emerging market seperti Indonesia mulai kembali yang ditandai oleh inflow asing ke pasar saham sekitar US$320 juta sejak awal September,” katanya saat dihubungi pada Rabu (8/9/2021).

Farash memprediksi kinerja emiten-emiten masih akan positif hingga akhir tahun 2021. Hal tersebut seiring dengan prospek pemulihan ekonomi Indonesia yang semakin terbuka setelah kebijakan pengendalian penyebaran virus corona yang efektif.

Dengan sentimen-sentimen tersebut, Farash mengatakan reksa dana yang paling menarik dari sisi valuasi adalah reksa dana berbasis indeks LQ45. Menurutnya, kelanjutan pemulihan bisnis emiten big caps dan valuasi yang rendah dapat memberikan potensi return yang tinggi ke depannya.

“Dalam proses pemulihan bisnis dan kenaikan inflasi, biasanya kinerja perusahaan big caps akan tumbuh tinggi,” jelasnya.

Selain itu, Farash mengatakan reksa dana indeks LQ45 memiliki tingkat likuiditas yang tinggi dan tracking error yang rendah. Hal ini akan sangat membantu investor untuk melakukan eksekusi transaksi.

“Sejauh ini, kami melihat pertumbuhan profit emiten big caps sebagian besar inline dengan ekspektasi awal tahun. Dengan harga saham yang laggard, valuasi jadi terdiskon,” kata Farash.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper