Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) berakhir lesu pada perdagangan hari ini.
Berdasarkan data Bloomberg, pada 15.00 WIB, IHSG jatuh 1,41 persen atau 86,37 poin sehingga berakhir di 6.026,02. Sebanyak 138 saham menguat, 376 saham merah, dan 142 saham stagnan.
Investor asing mencatatkan jual bersih atau net sell di seluruh pasar senilai Rp541,85 miliar. Kapitalisasi pasar Bursa parkir di level Rp7.311,27 triliun.
Saham BBRI yang paling banyak diobral asing senilai Rp307,1 miliar, saham BBCA dilepas asing Rp111,5 miliar, dan MDKA dijual asing Rp52,1 miliar.
Kendati demikian, masih ada saham-saham big caps yang diakumulasi asing yakni ASII senilai Rp43,7 miliar, dan BMRI senilai Rp35,4 miliar
Top Gainers ditempati oleh PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk. (CAKK) yang melejit 26,41 persen, PT Indo Oils Perkasa Tbk (OILS) naik 25 persen, dan saham PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) melesat 25 persen.
Sedangkan pada tops losers, saham PT GTS Internasional Tbk. (GTSI) anjlok 7 persen, saham PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) tergelincir 6,84 persen, dan saham PT Sunindo Adipersada Tbk. (TOYS) melemah 6,67 persen.
Tim Riset MNC Sekuritas menyebutkan, pergerakan IHSG belum berhasil menembus level resistance 6.150, sehingga IHSG terkoreksi bahkan telah menembus level support di 6.021.
“Level berikutnya yang perlu diperhatikan adalah support terdekat pada 5.938,” demikian kutipan laporan
Sementara itu, level resistance terdekat berada di posisi 6.150.
Sementara itu, Head of Research Equity Technical Analyst Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menilai pergerakan IHSG secara teknikal melemah tetapi kembali tertahan di level support moving average.
Dia menyebut bursa Asia bergerak dengan hati-hati pada perdagangan hari ini setelah adanya penurunan saham di AS di tengah kekhawatiran bahwa varian delta dari Covid-19 dapat memperlambat pemulihan ekonomi dari pandemi.
Kontrak berjangka AS berfluktuasi setelah S&P 500 jatuh dan Nasdaq 100 naik ke rekor karena investor mencari area pasar yang lebih defensif. Ekuitas teknologi China yang terdaftar di AS melonjak yang mencerminkan bahwa tindakan keras peraturan Beijing yang terburuk telah berlalu.