Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akuisisi Produsen Emas, Indo-Rama (INDR) Incar Aset Tambang Logam Lain

Emiten milik konglomerat Sri Prakash Lohia, PT Indo-Rama Synthetics Tbk., semakin serius terjun ke bisnis pertambangan mineral.
Logo Indorama
Logo Indorama

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen bahan baku untuk industri tekstil dan kemasan, PT Indo-Rama Synthetics Tbk. semakin serius terjun di bisnis pertambangan logam.

Emiten berkode efek INDR itu menyampaikan telah merampungkan transaksi akuisisi 80 persen kepemilikan saham PT Cikondang Kancana Prima (CKP) pada 24 Februari 2021.

INDR merogoh kocek hingga Rp300 miliar untuk masuk ke dalam bisnis pertambangan. Jumlah tersebut termasuk Rp50 miliar yang diberikan sebagai pinjaman berbunga kepada afiliasi dari pemegang saham yang menjual.

Sebagai informasi, CKP memiliki izin usaha pertambangan untuk menambang dan mengolah emas dan mineral lainnya di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia. Perseroan telah memulai pekerjaan pengembangan proyek dan akan memulai produksi pada 2023.

Presiden Direktur Indo-Rama Synthetics Vishnu Swaroop Baldwa mengatakan perseroan telah mantap masuk ke dalam bisnis pertambangan mineral. Menurutnya dengan aksi akuisisi tersebut perseroan telah mulai memulai langkah kecil dalam bisnis pertambangan.

“Kami yakin dengan elektrifikasi di seluruh dunia akses ke mineral akan menjadi penting. Jadi kami mulai investasi kecil karena memiliki potensi yang bagus,” ujarnya, Senin (30/8/2021).

Vishnu mengatakan dengan akuisisi tersebut INDR bisa mulai memahami seluk beluk bisnis pertambangan di Indonesia, Selain itu dia tidak menutup kemungkinan di masa depan perseroan masuk ke dalam bisnis tambang.

“Di masa depan jika melihat peluang yang bagus pada mineral lain yang bisa membantu kami masuk bisnis [mineral] kami akan coba,” paparnya.

Selain bisnis tambang, INDR juga telah menambah kapasitas produksi benang pintal polyester menjadi 13.000 ton per tahun di Indonesia. Perseroan juga meningkatkan produksi pabrik serat polyester 42.000 ton per tahun.

Menurutnya INDR tiap tahun berencana menambah produksi pabrik. Pasalnya dia melihat sampai dengan 2030 permintaan polyster polymer akan mencapai 75 juta ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper