Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat menguat pada awal perdagangan Selasa (10/8/2021) karena investor terus memantau komentar dari pejabat Federal Reserve tentang pengurangan langkah-langkah stimulus.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,26 persen ke 35.190,87, sedangkan indeks S&P 500 menguat 0,21 persen ke 4.441,72.
Saham energi dan material mendorong indeks S&P 500 ke zona hijau setelah melemah pada perdagangan Senin dari level tertinggi sepanjang masa. Saham AMC Entertainment Holdings Inc. menguat setelah kinerja kuartal kedua jaringan teater tersebut mengalahkan perkiraan.
Harga minyak mentah bangkit kembali dari level terendah tiga minggu di tengah ekspektasi bahwa pemulihan permintaan global akan tetap utuh meskipun varian virus delta menyebar dengan cepat.
Pernyataan dari Presiden the Fed wilayah Atlanta Raphael Bostic pada hari Senin menambah berbagai komentar dan indikator ekonomi yang diuraikan pelaku pasar mengenai petunjuk langkah the Fed selanjutnya.
Saat pasar saham bergerak di kisaran level tertingginya, Bostic mengatakan bahwa kenaikan lapangan kerja yang kuat dalam satu atau dua bulan ke depan akan mendorong bank sentral untuk mengurangi program pembelian asetnya.
Baca Juga
Presiden The Fed wilayah Cleveland Loretta Mester akan membahas risiko inflasi pada acara virtual hari ini. Data ekonomi AS akhir pekan ini juga akan diawasi dengan ketat setelah laporan pekerjaan Jumat mengipasi ekspektasi bahwa pelonggaran akan segera dimulai.
Pada saat yang sama, penyebaran varian delta yang sangat menular di berbagai penjuru dunia telah menimbulkan kekhawatiran bahwa pemulihan dari pandemi akan terhambat.
Kasus virus corona baru di AS melonjak ke level mingguan tertinggi sejak awal Februari, sementara kematian meningkat paling tinggi sejak Desember.
Kepala investasi di UBS Global Wealth Management Mark Hafele mengatakan risiko terhadap perekonomian masih ada.
"Meskipun data inflasi sejauh ini belum menjadi penggerak pasar utama, rilis indeks harga konsumen Juli Rabu berpotensi menyebabkan volatilitas, terutama mengingat ekspektasi bahwa inflasi telah melewati puncaknya," ungkap Hafele, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (10/8/2021).