Bisnis.com, JAKARTA - PT Ladangbaja Murni Tbk. (LABA) telah merealisasikan sebagian dana segar yang didapatkan dari hasil initial public offering atau IPO pada 10 Juni 2021.
Emiten yang bergerak di bidang usaha perdagangan dan produksi baja dan produk turunan baja tersebut berhasil mengantongi dana sebesar Rp25 miliar.
Sekretaris Perusahaan Ladangbaja Yohanes Fernandes mengatakan perseroan telah selesai melakukan set-up pada pabrik seluas luas 8.000 m2 di kawasan Cibitung pada Juli 2021.
"Hal ini jauh lebih cepat dari yang diperkirakan. Sebelumnya, perseroan menargetkan rampung pada triwulan pertama tahun 2022," katanya dalam keterangan resmi Senin (2/8/2021).
Dia mengatakan dengan dimulainya produksi pada pabrik baru tersebut, perseroan juga akan menambah tingkat komponen lokal pada produk perseroan. Hal ini sejalan dengan himbauan pemerintah Indonesia mengenai lokalisasi produk baja di Indonesia yang akan membuat sentimen positif terhadap pelanggan.
"Selain itu, dana hasil IPO juga digunakan untuk pembelian mesin guna memperluas produksi. Sesuai dengan penggunaan dana,"jelasnya.
Baca Juga
LABA telah membeli mesin EDC Double Column Wele, CNC Milling Quaser, CNC Milling Fanuc, EDM Sodick AG 1.000L,CMM Mitutoyo dan mesin-mesin penunjang produksi lainnya. Perseroan juga telah melakukan import bahan baku baja untukpermulaan sebanyak 40 ton baja sebagai bahan baku.
Adapun target pasar yang akan digarap selanjutnya berasal dari industri otomotif, elektronik dan consumer goods. Dengan estimasi kapasitas produksi maksimal mencapai 100 ton per bulan.
"LABA sedang dalam tahap penilaian awal oleh pelanggan untuk kembali melakukan kerjasama dengan Astra Honda Motor dan Epson Indonesia yang sebelumnya belum dapat dipenuhi oleh Perseroan," jelasnya.
Dia berujar perseroan optimistis terhadap kerjasama tersebut dikarenakan oleh operasional industri otomotif yang jauh lebih baik dibandingkan dengan awal tahun 2020.
Buktinya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang mengatakan pada 2020 terjadi penurunan sekitar 20 persen dibandingkan tahun 2019, sekarang sudah menunjukkan pertumbuhan yang sehat yaitu 15,48 persen dari US$2,02 miliar menjadi US$2,34 miliar pada periode kuartal pertama tahun 2021 berbanding dengan kuartal I/2020.
Menanjaknya kinerja industri otomotif mendorong bergeraknya angka Purchasing Manager Index “PMI” Indonesia ke level yang semakin tinggi. Dalam enam bulan berturut-turut sejak kuartal terakhir 2020, PMI Indonesia konsisten berada di atas 50 persen.
Selanjutnya, perseroan akan memperluas bisnis dengan terus mendatangkan mesin EDC, CNC Milling guna menambah kapasitas produksi. Perseroan juga mempersiapkan divisi baru yaitu plastic mould injection, yang saat ini sedang dalam tahap melakukan uji coba pada produk plastic mould yang dihasilkan.
Langkah strategis ini diyakini Direktur Utama Ladangbaja Mugi Tri Cahyono untuk menambah diversifikasi produk perseroan. Alhasil, perseroan tidak hanya bergantung pada permintaan satu produk saja dan mampu memenuhi permintaan pelanggan di masa mendatang. Diversifikasi ini tentunya juga dapat menambah efektifitas dan efisiensi kinerja keuangan dan operasional perseroan.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin, Taufiek Bawazier menerangkan bahwa industri baja merupakan salah satu sektor strategis karena produksinya dijadikan sebagai bahan baku untuk menopang sejumlah aktivitas sektor lainnya. Oleh karena itu, industri baja memiliki peran penting atau sering disebut juga sebagai mother of industries.
Di samping itu, industri baja selama ini juga memberikan kontribusi yang signfikan bagi perekonomian nasional, mulai dari peningkatan pada investasi, penyerapan tenaga kerja, hingga sumbangsih nilai ekspornya.
Pada kuartal I/2021, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebagai kelompok penyumbang terbesar pada penanaman modal di sektor manufaktur dengan mencapai nilai Rp27,9 triliun.