Bisnis.com, JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat idA kepada emiten kontraktor PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). Pefindo juga menetapkan peringkat yang sama terhadap obligasi berkelanjutan I/2020 perseroan.
Selain itu, Pefindo memberikan peringkat idA(sy) untuk sukuk mudharabah I tahun 2020 emiten berkode saham WIKA tersebut. Adapun, akhiran (sy) mengindikasikan peringkat memenuhi prinsip syariah.
Dalam laporannya, tim analis Pefindo yakni Aryo Perbongso dan Yogie Surya Perdana mengungkapkan prospek untuk peringkat perusahaan adalah stabil.
Aryo mengungkapkan bahwa obligor dengan peringkat idA memiliki kapasitas yang kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya dibandingkan dengan obligor Indonesia lainnya.
Namun, sambungnya obligor lebih rentan terhadap pengaruh buruk perubahan keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan dengan obligor berperingkat lebih tinggi.
“Peringkat tersebut mencerminkan posisi pasar WIKA yang kuat di industri konstruksi nasional, sumber pendapatan yang terdiversifikasi, dan fleksibilitas keuangan yang kuat,” tulis Aryo dan Yogie dalam laporan pemeringkat kredit dikutip melalui Bloomberg, Minggu (18/7/2021).
Baca Juga
Dia melanjutkan peringkat dibatasi oleh leverage keuangan perusahaan yang tinggi dalam jangka pendek hingga menengah. Kemudian juga risiko ekspansi ke bisnis baru, dan lingkungan bisnis yang bergejolak.
Adapun Aryo mengatakan peringkat dapat dinaikkan jika WIKA secara signifikan memperkuat leverage keuangan dan debt service coverage secara berkelanjutan, serta menunjukkan arus kas yang stabil yang didukung oleh bisnis yang lebih terdiversifikasi.
Di sisi lain, dia mengungkapkan bahwa peringkat dapat diturunkan jika perusahaan berhutang secara signifikan lebih tinggi dari yang diproyeksikan tanpa peningkatan EBITDA yang sesuai secara berkelanjutan.
Peringkat dari Pefindo tersebut berlaku untuk periode 10 Juni 2021 hingga 1 Juni 2022 mendatang.
Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya mengatakan perseroan telah memperoleh kontrak baru hingga akhir Juni 2021 senilai Rp10,5 triliun atau 26,17 persen dari target kontrak baru tahun ini senilai Rp40,12 triliun.
Walaupun 2021 tersisa lebih kurang 6 bulan lagi, Mahendra optimistis WIKA mampu mengejar target nilai kontrak baru pada semester II.
“Kami berharap kondisi Covid-19 ini bisa segera membaik, sehingga kondisi ekonomi Indonesia semakin membaik di sisa perjalanan 2021 ini,” kata Mahendra kepada Bisnis, Jumat (9/7/2021).
Lebih lanjut, nilai kontrak baru yang didapatkan WIKA pada periode Januari - Juni 2021 terdiri dari proyek infrastruktur (65 persen), industri penunjang konstruksi (25 persen), serta Engineering Procurement Construction (EPC) dan gedung (10 persen).
Pada semester kedua ini, Mahendra menunjukkan perseroan sudah membidik kontrak baru sekitar Rp27 triliun lagi dari berbagai proyek. Potensi kontrak baru berasal dari proyek infrastruktur sebesar Rp8 triliun - Rp10 triliun, gedung Rp6 triliun - Rp7 triliun, serta industri penunjang konstruksi seperti precast beton, struktur baja, dan industri lain Rp3 triliun - Rp4 triliun.
Selain memperkuat pendapatan dari nilai kontrak baru, WIKA terpantau terus mengembangkan bisnis aspal lewat entitas usaha. Belum lama ini, cucu usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. yaitu PT Wijaya Karya Aspal melakukan uji coba penambalan jalan atau patching menggunakan produk perseroan yaitu aspal Wika Asic (Asbuton Instant Concrete) Super.