Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berupaya memperbaiki arus kasnya. Terkini, WSKT mendapatkan restu keringanan pinjaman dari sejumlah bank pada 2021.
Berdasarkan catatan Bisnis, WSKT mendapatkan restu keringanan pinjaman sindikasi pada Juni 2021 yakni sebesar Rp4,55 triliun. Adapun keringanan tersebut berasal dari sindikasi pinjaman dari 14 kreditur termasuk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia.
Terkini pada Jumat (16/7/2021), WSKT akhirnya meraih kesepakatan dengan lima kreditur atas restrukturisasi pinjaman senilai Rp19,3 triliun.
Para bank yang menyepakati restrukturisasi tersebut antara lain, PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR).
Nilai restrukturisasi Rp19,3 triliun tersebut setara 65 persen dari total pinjaman Rp29,26 triliun dari seluruh kreditur perseroan. Hal ini tertuang dalam Perjanjian Pokok Transformasi Bisnis dan Restrukturisasi Keuangan yang ditandatangani Direktur Utama Waskita Karya dan Direktur Utama kelima bank di Jakarta (16/7/2021) yang disaksikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan kesepakatan dengan kreditur ini akan menjadi momentum serta langkah awal baru yang sangat baik bagi perbaikan kondisi keruangan serta kinerja operasional perseroan.
Baca Juga
“Kami berharap agar kreditur lain juga dapat segera menyepakati dan mendukung proses restrukturisasi Waskita. Besar harapan kami bahwa implementasi dari perjanjian ini dapat segera dilaksanakan,” ujar Destiawan dalam keterangan resmi.
Menteri BUMN Erick Thohir menilai perjuangan masih berlanjut untuk menyelesaikan sisa 35 persen kredit perseroan. Dia pun berharap momen keringanan pinjaman bisa membawa pemulihan kinerja perusahaan.
“Walau masih ada 35 persen lagi yang perlu diperjuangkan, ini menjadi katalis untuk mempercepat pulihnya Waskita Karya baik secara keuangan maupun bisnis,” katanya.
Kesepakatan dengan lima kreditur ini juga diharapkan meningkatkan keyakinan dan optimisme dari kreditur lain, serta para mitra kerja WSKT.
Erick menekankan perlunya membenahi kinerja sejalan dengan upaya dari sisi manajemen risiko keuangan. Sebagai contoh, dia menyebut pemulihan dan penyehatan beberapa perusahaan pelat merah seperti di Krakatau Steel dan PTPN, yang terus dibarengi dengan terobosan-terobosan sesuai rencana jalan.
“Saya minta ini ditindaklanjuti dengan melanjutkan proses restrukturisasi, perbaiki landasan GCG, lakukan efisiensi dan transformasi besar-besaran, refocusing, dan jalankan divestasi aset-aset yang diperlukan,” kata Erick.
Adapun, langkah restrukturisasi dianggap tepat untuk mengatasi kondisi keuangan perusahaan. Pengamat BUMN Toto Pranoto menilai pendapatan dan laba dari perusahaan tersebut di atas tergerus pada masa pandemi sementara biaya-biaya yang harus dibayar tetap dikeluarkan.
“Sehingga terjadi kesulitan likuiditas. Ketika tidak ada opsi lain, restrukturisasi ini menjadi pilihan untuk bisa bernapas,” jelas Toto.
Khusus untuk Waskita Karya, Toto melihat kelancaran divestasi aset menjadi kunci utama untuk memperbaiki kondisi neraca keuangan yang tertekan.
Apabila Waskita Karya mampu menarik investor untuk mengambil alih beberapa proyek jalan tol yang telah selesai, likuiditas Waskita Karya pun dipastikan kembali kuat.
Analis menilai restrukturisasi kredit yang dilakukan perseroan untuk sejumlah fasilitas kredit di tahun ini bakal mendorong arus kas perseroan ke arah positif.
Analis RHB Sekuritas Ryan Santoso mengatakan pada paruh kedua tahun ini emiten konstruksi pelat merah tersebut seharusnya mulai mengalami pemulihan kinerja, seiring dengan restrukturisasi kredit dan suntikan dana segar melalui penyertaan modal negara (PMN).
“Kami meyakini restrukturisasi utang bakal menjadi angin segar bagi arus kas dan EBITDA perseroan, meski dari sisi pendapatan kinerja WSKT masih akan menantang karena modal kerjanya yang terbatas,” demikian tulis Ryan dalam riset yang dikutip Bisnis, Jumat (16/7/2021).
Adapun, tambahan PMN senilai Rp7,9 triliun pada 2021 dan Rp3 triliun untuk 2022 juga akan membuat neraca keuangan WSKT lebih baik ke depannya. Meski dampaknya mungkin baru terasa tahun depan karena biasanya penyertaan modal baru dilakukan akhir tahun.
“Jadi, dampaknya di tahun 2021 mungkin sangat kecil. Di sisi lain, kami meyakini suntikan modal pemerintah ini kemungkinan akan diikuti oleh rights issue, yang akan makin memperkuat struktur permodalan perseroan,” jelas Ryan.
Sebelumnya, dalam hasil risetnya, Kepala Riset dan Strategi Indonesia J.P. Morgan Sekuritas Indonesia Henry Wibowo dan tim menilai WSKT masih kesulitan untuk keluar dari kerugian setidaknya hingga 2022, walaupun perseroan mampu mendivestasikan 8 aset jalan tolnya tahun ini.
J.P. Morgan memperkirakan beban bunga akan turun signifikan bagi WSKT pada 2022. Dengan asumsi divestasi aset jalan tol rampung pada paruh kedua tahun ini, Waskita Karya dinilai masih mencatatkan kerugian pada 2021.
Jadi, dengan berbagai aksi korporasi yang dilakukan, seperti restrukturisasi pinjaman, suntikan PMN, dan divestasi aset, investor tentunya berharap perbaikan kinerja keuangan WSKT turut mengerek sahamnya.