Bisnis.com, JAKARTA — Analis menilai adanya peningkatan minat investor terhadap instrumen investasi berisiko rendah menjadi salah alasan surat berharga negara (SBN) ritel laris manis.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) telah menutup penjualan SBN ritel jenis savings bond ritel seri SBR010 pada Selasa (13/7/2021), dua hari lebih cepat dari batas akhir masa penawaran yang dijadwalkan hingga Kamis (15/7/2021).
Penutupan dilakukan karena penawaran masuk untuk seri tersebut telah mencapai Rp7,50 triliun atau 100 persen dari kuota yang disediakan pemerintah. Adapun besaran kuota ini telah ditambah dari kuota awal yang sebesar Rp5 triliun.
Senior Economyst Samuel Sekuritas Fikri C. Permana memandang hasil penjualan SBR010 sebagai hal yang positif, apalagi penawaran masuk melebihi target indikatif yang semual dipasang pemerintah dan terjual habis lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan.
Menurutnya, hal ini kian menguatkan perubahan tren investasi di masyarakat yang bergerser ke instrumen berisiko rendah seperti reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, dan SBN ritel.
Tercatat, dari tiga seri SBN ritel yang terbit tahun ini selalu melebihi target indikatif yang dipatok pemerintah, bahkan penjualan seri ORI019 yang terbit di awal tahun mencapai Rp26 triliun, tertinggi sepanjang sejarah penerbitan SBN ritel secara online. Sementara penjualan SR014 juga tak bisa dibilang rendah yakni mencapai Rp16,7 triliun.
Baca Juga
Adapun secara akumulasi jika ditambah dengan penawaran masuk SBR010, total penjualan untuk tiga seri SBN ritel yang terbit tahun ini mencapai Rp50,20 triliun. Jumlah tersebut kian mendekati target yang ditetapkan pemerintah untuk 2021 ini yakni Rp60—Rp80 triliun.
“Kita lihat bahwa reksa dana saham juga ada penurunan AUM, ada pergeseran minat ke pasar uang, pendapatan. SBN ritel juga melebihi target terus tahun ini. Jadi saya lihat investor memang sedang mengurangi risikonya,” ujar Fikri kepada Bisnis, Rabu (14/7/2021)
Menurutnya, di tengah situasi pasar yang masih sangat volatil terutama di pasar saham, investor berusaha mengamankan dana mereka. Apalagi dengan kenaikan kasus harian Covid-19 dan pemberlakuan PPKM Darurat yang berpotensi diperpanjang.
“Dengan PPKM ini pasti ada sektor yang tertekan, pasti berdampak ke kinerja sahamnya. Jadi mungkin investor mulai bergeser, keluar dulu dari pasar saham dan masuk yang lebih aman. Seperti SBN ini kan sangat aman, dijamin negara,” tutur Fikri.
Melihat tren yang positif di SBN ritel, FIkri memperkirakan pemerintah dapat mencapai target penjualan SBN ritel tahun ini, bahkan melebihinya. Mengingat masih ada tiga seri yang dijadwalkan terbit hingga akhir 2021.
"Mungkin dua penerbitan lagi sudah tercapai target Rp80 triliun, sekarangs aja sudah RP50 triliun," pungkasnya.