Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Reksa Dana Saham Diproyeksi Lebih Optimal pada Semester II/2021

Beberapa hal yang mendukung potensi tersebut adalah adanya euforia beberapa beberapa unikorn dan perusahaan start-up yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia melalui aksi initial public offering (IPO). 
Karyawan mengamati pergerakan saham di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (19/11/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan mengamati pergerakan saham di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (19/11/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Analis masih optimis akan kinerja reksa dana saham pada semester II/2021 karena terkait beberapa sentimen pendorong, di antaranya perusahaan unikorn yang akan melantai pada semester kedua tahun ini. 

Direktur Utama PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengharapkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan lebih optimal yang kemudian akan membawa optimisme investor pada reksa dana saham. 

“Prospek dan potensi reksa dana saham untuk semester 2 harusnya bisa lebih optimal dan masih ada potensi upside,” ucap Guntur saat dihubungi Bisnis, Selasa (13/7/2021). 

Beberapa hal yang mendukung potensi tersebut menurut Guntur adalah adanya euforia beberapa beberapa unikorn dan perusahaan start-up yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia melalui aksi initial public offering (IPO)

PT Bukalapak Tbk. menjadi salah satu perusahaan unikorn yang akan melantai di bursa dan telah melaksanakan paparan publik perdananya pada pekan lalu. Perusahaan yang telah memiliki kode saham BUKA tersebut rencananya akan melantai pada Agustus mendatang. 

Selain itu menurut Guntur laju vaksinasi yang lebih optimal menjelang akhir tahun ini juga akan menjadi penyokong membaiknya kinerja reksa dana saham ke depan. 

Guntur menyebutkan bahwa pada semester I/2021 ini, kinerja reksa dana saham masih cenderung lagging dari benchmark. Sementara untuk reksa dana berbasis fixed income pada semester pertama berkinerja cukup baik karena lebih stabil dan konservatif.

Sementara itu, Pinnacle Persada Investama ungkap Guntur memiliki strategi yang berfokus pada likuiditas dengan investasi berbasis kuantitatif dan data driven investing. 

“Kebetulan mayoritas portfolio underlying di Pinnacle, blue chip dan saham-saham berkapitalisasi besar karena likuiditas menjadi faktor utama kami di tengah kondisi pasar yang cukup volatile,” papar Guntur.

Adapun, berdasarkan laporan dari Infovesta Utama, masih lesunya kinerja reksa dana saham disebabkan oleh penurunan yang terjadi di sebagian besar indeks. Contohnya indeks LQ45 mencatatkan kinerja negatif sebesar 4,93 persen.

Penurunan tersebut menandakan emiten berkapitalisasi besar menghadapi sentimen negatif peningkatan kasus Covid-19 sepanjang bulan Juni yang menyebabkan kekhawatiran adanya perlambatan ekonomi.

Guna mengatasi volatilitas tersebut, investor yang memiliki profil risiko lebih tinggi dapat memilih jenis reksa dana saham non indeks. Investor juga dapat mengalihkan fokusnya kepada reksa dana berbasis saham yang memiliki portfolio sektor yang prospektif hingga akhir tahun 2021.

“Contoh sektor yang masih prospektif adalah seperti teknologi. Investor dapat mendapatkan informasi ini dengan mengamati fund fact sheet produk reksa dana terkait,” demikian kutipan laporan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper