Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Proyeksi IHSG Masih Bisa ke 7.000, Asalkan …

Chief Economist Tanamduit Ferry Latuhihin mengatakan saat ini pihaknya merevisi perkiraan target IHSG di akhir 2021 menjadi 6.700 dari sebelumnya 7.000 karena situasi pasar di pertengahan tahun ini jauh di luar perkiraan sebelumnya.
Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (24/6/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (24/6/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom mulai mengubah target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk akhir 2021 seiring dengan perkembangan pasar saat ini. Meskipun demikian, masih ada peluang target indeks komposit untuk kembali dikerek naik.

Chief Economist Tanamduit Ferry Latuhihin mengatakan saat ini pihaknya merevisi perkiraan target IHSG di akhir 2021 menjadi 6.700 dari sebelumnya 7.000 karena situasi pasar di pertengahan tahun ini jauh di luar perkiraan sebelumnya.

“Dengan adanya lockdown [PPKM Darurat] dan kenaikan kasus baru yang sangat, sangat, sangat fantastis, dengan begini saya revise down. Masih masuk akal 6.700 itu, kalau sekarang 6.000 berarti sampai akhir tahun masih bisa 10—11 persen lagi,” tuturnya dalam sesi Market Outlook Tanamduit secara virtual, Senin (5/7/2021).

Menurutnya, target tersebut akan ditopang oleh kinerja para emiten di kuartal II/2021 yang diproyeksi positif dan perkembangan dari penanganan pandemi Covid-19 di dalam negeri. Bahkan, jika sesuai harapan, maka target IHSG bisa kembali direvisi naik.

“Kalau kinerja keuangan di kuartal II ini benar-benar sesuai ekspektasi, market bisa ngacir lagi karena didukung external force,” imbuhnya.

Dia menuturkan, saat ini negara-negara tujuan ekspor Indonesia seperti Amerika Serikat dan Eropa tampak mulai berhasil menangani pandemi. Terlihat dari kegiatan masyarakat di sana yang berangsur normal sehingga berpotensi mengerek kinerja ekspor Indonesia.

“Pokoknya kalau data ekonomi sudah rilis 1-2 minggu ke depan, terutama masalah ekspor impor dan pertumbuhan ekonomi. Kalau dia punya number itu ternyata V shape, kita tumbuh cukup tajam, saya berani naikin lagi ke 7.000,” tutur Ferry.

Di sisi lain, terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat selama periode 3—20 Juli 2021, Ferry menilai hal tersebut memang akan memberikan tekanan terhadap ekonomi.

Akan tetapi, dia menilai dampak negatif dari PPKM Darurat terhadap pasar keuangan sangat minim jika dibandingkan dengan jika pemerintah tidak mengambil keputusan tersebut karena dengan adanya PPKM Darurat membuat pasar mampu mengukur dampaknya lebih baik.

“Kalau tidak lockdown [PPKM Darurat] masyarakat akan bertanya-tanya, sementara pasar kalau dibayangi ketidakpastian itu lebih sulit. Dengan adanya lockdown ini market bisa mengukur,” jelas dia.

Ferry mengatakan, masa PPKM Darurat yang hanya sekitar 2 pekan tak akan terlalu banyak memberikan dampak bagi ekonomi. Menurutnya ini kemungkinan hanya memangkas sekitar 0,1 persen dari proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021.

“Dibandingkan jika tidak lockdown, uncertainty akan terus melayang-layang. Panjang efeknya ke rupiah ke dolar. Kita bisa lihat rupiah juga tidak kebablasan, hari ini sudah menguat lagi. Berarti memang sentimennya positif,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper