Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krakatau Steel (KRAS) Rampungkan Subholding Sarana Infrastruktur, KIEC Jadi Induknya

Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel merupakan perusahaan yang bergerak di bidang layanan kawasan industri terintegrasi dengan empat area utama yang terdiri dari kawasan industri, penyediaan energi, penyediaan air industri, dan pelabuhan.
Manajemen PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. menyampaikan paparan kinerja perseroan sepanjang 2020 dan rencana yang akan dilakukan pada 2021 dalam paparan publik secara daring, Selasa (29/12/2020).
Manajemen PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. menyampaikan paparan kinerja perseroan sepanjang 2020 dan rencana yang akan dilakukan pada 2021 dalam paparan publik secara daring, Selasa (29/12/2020).

Bisnis.com, JAKARTA - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk menuntaskan pembentukan subholding sarana infrastruktur yang menjadikan PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC) sebagai induk unit tersebut.

Dilansir dari keterangan resmi perusahaan, pembentukan subholding ini merupakan hasil integrasi dari beberapa anak perusahaan Krakatau Steel. Dokumen pembentukan Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel telah ditandatangani oleh Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dan pemegang saham lainnya pada Rabu (30/6/2021) pekan lalu.

“Pembentukan subholding ini dilakukan dalam rentang waktu selama tiga bulan sejak bulan Maret 2021,” demikian kutipan informasi tersebut, Senin (5/7/2021).

Subholding Sarana Infrastruktur merupakan perusahaan yang bergerak di bidang layanan kawasan industri terintegrasi dengan empat area utama yang terdiri dari kawasan industri, penyediaan energi, penyediaan air industri, dan pelabuhan.

Anak perusahaan yang bergabung dalam subholding ini adalah PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC), PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL), PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), dan PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS).

Dengan pembentukan subholding tersebut, terdapat pengalihan atas 99,99 persen saham Perseroan pada PT KBS, PT KDL dan PT KTI sebagai setoran modal Perseroan dalam bentuk lainnya (inbreng) kepada PTKIEC yang merupakan Perusahaan Terkendali Perseroan dimana Perseroan memiliki 99,99 persen kepemilikan saham pada PTKIEC.

Berdasarkan laporan keterbukaan informasi di laman BEI, nilai setoran modal masing-masing anak usaha kepada PT KIEC adalah Rp3,85 triliun dari PT KBS, Rp3,74 triliun dari PT KDL, dan Rp2,08 triliun dari PT KTI.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, Subholding Sarana Infrastruktur memiliki fondasi yang kuat secara finansial. Penggabungan empat perusahaan tersebut memiliki pendapatan Rp3,4 triliun dan nilai EBITDA sebesar Rp1 triliun pada tahun 2020 dan akan terus berkembang seiring dengan pertumbuhan kebutuhan kawasan industri di Indonesia.

“Dari pembentukan subholding ini diproyeksikan menghasilkan pendapatan hingga Rp7,8 triliun di lima tahun mendatang. Sementara untuk EBITDA diproyeksikan meningkat mencapai Rp2,2 triliun di tahun 2025,” tutur Silmy dikutip dari keterangan resminya.

Silmy menambahkan, pembentukan Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel ini adalah bagian dari transformasi Krakatau Steel dan dalam rangka peningkatan value perusahaan melalui pengelolaan yang lebih baik dan pengembangan yang fokus dan terukur.

Ia melanjutkan, anak-anak usaha yang tergabung dalam Subholding ini memiliki sejumlah keunggulan. PT KIEC mengelola 3.250 hektar lahan industri dengan 920 hektar lahan industri yang tersedia untuk pengembangan tiga tahun ke depan. Area kawasan industri yang dikelola oleh PT KIEC adalah salah satu dari lima kawasan industri terbesar di Indonesia.

Sementara PT KDL memiliki kapasitas 120 MW dan saat ini tengah membangun fasilitas energi terbarukan melalui energi surya terapung yang mulai beroperasi pada tahun 2023.

Selanjutnya, PT KTI merupakan penyedia jasa air industri terintegrasi terbesar di Indonesia dengan kapasitas 3.000 liter per detik di Cilegon. PT KTI juga tengah melakukan penambahan kapasitas sebesar 1.600 liter per detik di Gresik, Kendari dan Sumbawa.

Terakhir, PT KBS memiliki kapasitas bongkar muat pelabuhan sebesar 25 juta ton per tahun dengan ketersediaan 17 jeti. Selain itu PT KBS merupakan pelabuhan curah terbesar dan terdalam secara alami di Indonesia dengan fasilitas pergudangan terintegerasi dan efisien.

“Keunggulan lainnya kawasan industri ini adalah berada di lokasi yang strategis dan memiliki konetivitas yang baik karena berdekatan dengan bandara internasional Soekarno Hatta, Ibu Kota Jakarta, dan terhubung dengan jalur kereta api pulau Jawa serta lokasi pelabuhan PT KBS yang merupakan perlintasan jalur logistik dunia. Dengan beragam keunggulan ini area Subholding Sarana Infrastruktur, ke depannya berpotensi menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),” pungkas Silmy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper