Bisnis.com, JAKARTA – Para manajer investasi (MI) optimis kinerja reksa dana saham akan positif pada semester II/2021.
Hingga penutupan semester I/2021, atau sepanjang tahun berjalan ini (year-to-date/ytd), Infovesta Utama mencatat kinerja reksa dana saham menjadi paling buruk dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya.
Hingga 21 Juni 2021, reksa dana saham mengalami penurunan kinerja sebesar 5,23 persen. Sedangkan dalam seminggu atau 11 Juni-18 Juni 2021, reksa dana saham mengalami pelemahan sebesar 3,15 persen.
Namun Direktur Panin Asset Management Rudiyanto berharap kinerja negatif itu akan berbalik menjadi positif pada setengah tahun ini seiring dengan harapan peningkatan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
“Diharapkan IHSG dapat meningkat ke level 6.700-6.800 sehingga dapat membawa kinerja reksa dana saham menjadi positif pada periode [semester II/2021] tersebut,” ungkap Rudi saat dihubungi Bisnis, Minggu (27/6/2021).
Pertumbuhan kinerja tersebut menurut Rudi berkaitan dengan asumsi bahwa vaksinasi Covid-19 di Indonesia berjalan lancar. Selain itu pandemi pun juga bisa terkendali pada semester II tahun ini.
Baca Juga
Rudi mengungkapkan, yang mempengaruhi kinerja negatif reksa dana saham secara umum pada semester pertama tahun adalah pergerakan IHSG dari awal tahun hingga saat ini yang hanya mengalami kenaikan tipis.
Kemudian saham big caps yang terwakili kinerjanya dari LQ-45 dan IDX-30 juga masih negatif return secara ytd atau tahun berjalan.
“Faktor yang mempengaruhi antara lain seperti pandemi yang kembali tidak terkendali, minat investor asing yang lebih menuju saham kesehatan dan teknologi, sementara di Indonesia masih terbatas,” ungkap Rudi.
Dia juga menambahkan lesunya transaksi dari investor institusi karena masih melihat perkembangan kasus hukum yang menimpa beberapa pengelola dana jumbo.
Terkait dengan penanganan pandemi Covid-19, Rudi berpendapat kecepatan vaksinasi menjadi kunci. Di mana ketika penanganan berlangsung dengan cepat, maka diharapkan kasus aktif dapat menurun sebagaimana yang terjadi di beberapa negara.
Adapun masuknya perusahaan teknologi dengan skala unicorn dalam bursa melalui aksi penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) menurut Rudi juga akan menambah daya tarik Indonesia. Terutama untuk investor asing karena saat ini masih lebih didominasi oleh saham sektor keuangan.