Bisnis.com, JAKARTA – Lonjakan kasus positif virus corona di Indonesia akan berimbas negatif terhadap hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (22/6/2021) besok.
Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan lelang SUN besok tidak akan menarik minat banyak investor. Salah satu sentimen penekan utama pada lelang tersebut adalah kenaikan jumlah kasus virus corona di Indonesia dalam beberapa minggu terakhir.
Yusuf memaparkan, kenaikan kasus virus corona di Indonesia akan berdampak langsung terhadap persepsi risiko dari SUN yang juga akan meningkat. Hal tersebut akan berimbas pada turunnya harga SUN Indonesia di pasar.
“Dampaknya, imbal hasil (yield) SUN juga akan melemah,” jelasnya saat dihubungi pada Senin (21/6/2021).
Sementara itu, faktor eksternal yang akan menekan minat investor terhadap lelang adalah sinyal dari The Fed yang mengatakan adanya perubahan arah kebijakan, tapering dan kenaikan suku bunga acuan. Langkah-langkah hawkish ini menuturnya kemungkinan besar hanya tinggal menunggu waktu saja.
Seiring dengan hal tersebut, Yusuf memprediksi jumlah penawaran yang dihimpun pemerintah akan mengalami penurunan yang cukup tajam. Menurutnya, hasil lelang besok akan sangat sulit mendekati level beberapa lelang terakhir yang berada di kisaran Rp70 triliun.
Baca Juga
“Saya prediksi akan lebih kecil dari Rp70 triliun, berada di kisaran Rp20 triliun sampai Rp30 triliun,” pungkasnya.
Senada, Head of Research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie mengatakan, lelang SUN pada Selasa besok tidak akan seramai lelang sebelumnya. Hal ini seiring dengan tekanan baik dari dalam maupun luar negeri.
“Penawaran yang masuk berpotensi lebih rendah dari Rp70 triliun,” katanya.
Roby menjelaskan, salah satu sentimen utama yang menekan minat investor adalah rencana tapering off dari bank sentral AS, The Fed. Hal tersebut diyakini akan meningkatkan kehati-hatian investor pada lelang besok.
Hal tersebut juga ditambah dengan meningkatnya risiko di pasar obligasi Indonesia. Kenaikan tersebut disebabkan oleh lonjakan kasus virus corona di Indonesia yang terjadi selama beberapa pekan belakangan.
“Sentimen ini sudah terlihat dampaknya di pasar sekunder obligasi yang sedang bearish,” tambahnya.