Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia Fintech Society (IFSoc) menyambut baik langkah berbagai perusahaan teknologi Indonesia untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) sebagai upaya penguatan modal.
Tingginya minat perusahaan teknologi, membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai membahas untuk menyesuaikan regulasi sebagai bentuk dukungan terhadap perkembangan industri ekonomi digital Indonesia. Bahkan untuk saat ini, 7 dari 11 unicorn Asia Tenggara berasal dari Indonesia dengan total valuasi mencapai US$38 miliar. Hal ini membuat IPO perusahaan teknologi nasional memiliki peran strategis.
Ketua Steering Committee IFSoc Mirza Adityaswara menjelaskan perusahaan teknologi telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan juga mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"IFSoc melihat perusahaan teknologi telah melakukan berbagai inovasi melalui aplikasi transportasi, fintech, e-commerce, layanan pesan antar, edutech, hingga pendanaan UMKM [P2P Lending] sehingga roda ekonomi dapat terus berjalan di tengah pandemi Covid-19," ujarnya dalam siaran pers, Jumat (11/6/2021).
Dalam dua tahun terakhir, IFSoc menilai saham-saham perusahaan teknologi berperan positif dalam menggerakan pasar modal, di negara-negara seperti Amerika Serikat dan China.
Mirza menambahkan IPO perusahaan teknologi nasional memiliki arti strategis bagi arah ekonomi digital Indonesia, termasuk membuka akses lebih luas dan likuid bagi investor yang ingin ambil bagian dalam perkembangan industri ekonomi digital.
Baca Juga
“IFSoc memandang perlunya kebijakan yang tepat untuk memfasilitasi tercapainya potensi pertumbuhan dengan tetap mempertimbangkan kaidah perlindungan terhadap investor minoritas,” papar Mirza.
Steering Committee IFSoc Rudiantara menambahkan IFSoc mendukung langkah BEI dalam merancang penyesuaian kebijakan yang mengakomodasi perusahaan teknologi berskala unicorn dan decacorn untuk melakukan IPO di Indonesia.
Selain itu, IFSoc menyoroti banyaknya perusahaan teknologi dengan bottom line yang belum mencatatkan laba dan tanpa tangible assets bernilai besar seperti perusahaan konvensional. Namun, memiliki pertumbuhan bisnis yang tinggi.
“Semua penyesuaian kebijakan terkait startup yang hendak IPO harus selalu mengedepankan prinsip-prinsip perlindungan investor minoritas dan publik namun juga tetap memberikan insentif yang menarik bagi potensi masuknya pendanaan dari investor global ke Indonesia,” tambah Eks Menkominfo tersebut.