Bisnis.com, JAKARTA - Hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (8/6/2021) menghasilkan penawaran sebesar Rp78,45 triliun.
Jumlah penawaran yang masuk pada hari ini kembali menunjukkan kenaikan meskipun cenderung tipis. Pada lelang sebelumnya, pemerintah menghimpun penwaran sebanyak Rp78,16 triliun.
Berdasarkan data dari laman Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, SUN seri terbaru FR0087 menjadi yang paling dicari investor dengan jumlah penawaran yang masuk sebesar Rp33,74 triliun. Seri akan jatuh tempo pada 15 Februari 2031 ini dimenangkan sebesar Rp14,65 triliun
Sementara itu, Seri FR0086 yang jatuh tempo pada 15 April 2026 menjadi SUN dengan jumlah peminat terbanyak kedua pada lelang hari ini. Dari penawaran sebesar Rp20,42 triliun, pemerintah memenangkan Rp11 triliun.
Adapun, dari jumlah tersebut, pemerintah memenangkan Rp34 triliun.
Terkait hal tersebut, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menjelaskan, hasil lelang pada hari ini sesuai dengan ekspektasinya. Menurut Handy, tingkat permintaan investor terhadap surat utang Indonesia masih solid dalam beberapa waktu belakangan.
Baca Juga
“Dari transaksi di pasar sekunder juga terlihat masih bagus dan menjadi salah satu penopang hasil lelang pada hari ini,” jelasnya saat dihubungi Bisnis pada Selasa (8/6/2021).
Ia melanjutkan, perbaikan permintaan terhadap obligasi pemerintah Indonesia ini datang baik dari investor domestik maupun investor global. Sentimen penopang investor domestik berasal dari tingkat likuiditas yang masih tinggi.
Sementara, faktor permintaan investor luar negeri berasal dari stabilnya imbal hasil obligasi AS (US Treasury) dan tren pelemahan indeks dolar AS. Dalam beberapa hari terakhir, yield US Treasury cenderung bergerak di kisaran 1,5 persen hingga 1,6 persen.
Handy melanjutkan, jumlah penawaran yang masuk pada lelang juga menandakan investor belum terlalu mengkhawatirkan langkah tapering yang akan dilakukan oleh bank sentral AS, The Fed. Menurutnya, kebijakan tapering nantinya memang akan dilakukan meski belum dalam waktu dekat seiring dengan sejumlah indikator data yang belum meyakinkan.
“Sepertinya pasar saat ini setuju kalau tapering belum akan terjadi dalam waktu dekat. Kalau investor memperkirakan tapering akan terjadi segera, mungkin akan lebih menunggu untuk berinvestasi, sampai ada kenaikan yield,” jelasnya.
Terkait larisnya seri FR0087, Handy mengatakan hal tersebut disebabkan oleh durasi seri SUN yang mirip dengan indeks obligasi yang diacu banyak investor. Sehingga, investor akan cenderung menyerbu seri surat utang acuan yang sama dengan durasi indeks.
“Seri FR0087 juga yang paling likuid di pasar sekunder. Selain itu yieldnya juga cukup atraktif karena tenor pendek yieldnya sudah banyak turun juga,” pungkasnya.
Seri | Jatuh Tempo | Penawaran Masuk | Jumlah Dimenangkan | Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan |
SPN12210909 | 9 September 2021 | Rp1,77 triliun | Rp1 triliun | 3,10% |
SPN12220527 | 27 Mei 2022 | Rp1,47 triliun | Rp1,4 triliun | 3,32% |
FR0086 | 15 April 2026
| Rp20,42 triliun | Rp11 triliun | 5,45%
|
FR0087 | 15 Februari 2031 | Rp33,74 triliun | Rp14,65 triliun | 6,38%
|
FR0088 | 15 Juni 2036 | Rp3,41 triliun
| Rp1 triliun | 6,37%
|
FR0083 | 15 April 2040 | Rp13,7 triliun | Rp4,5 triliun | 7,04% |
FR0089 | 15 Agustus 2051 | Rp3,93 triliun | Rp0,45 triliun | 6,88%
|
Sumber: Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu)