Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berani IPO dengan Emisi Jumbo Saat Pandemi, Siapa Kuat Borong?

Potensi IPO PT Dayamitra Telekomunikasi, unit infrastruktur milik PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) diyakini dapat terserap baik.
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Pada perdagangan Rabu (10/9) IHSG sempat mengalami trading halt dan ditutup anjlok 5,01% atau 257,91 poin menjadi 4.891,46. Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Pada perdagangan Rabu (10/9) IHSG sempat mengalami trading halt dan ditutup anjlok 5,01% atau 257,91 poin menjadi 4.891,46. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat pasar modal menilai kemampuan investor menyerap saham baru pada initial public offering (IPO) bernilai jumbo tetap besar kendati situasi pasar masih volatil di tengah pandemi Covid-19 yang belum selesai.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan bahwa kemampuan pasar menyerap saham dari aksi korporasi jumbo akan selalu ada, meskipun saat ini pasar masih dibayangi ketidakpastian akibat Covid-19 yang belum tuntas.

“Karena bukan masalah jumbo atau tidak jumbo. Mau seberapa besar, penyerapan itu tergantung oleh model bisnisnya dapat diterima investor atau tidak. Investor akan terima sesuai bisnis model yang menarik,” ujar Wawan kepada Bisnis, Senin (7/6/2021).

Dia mencontohkan, potensi IPO dari PT Dayamitra Telekomunikasi, unit infrastruktur milik PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) diyakini dapat terserap baik.

Padahal, santer dikabarkan Dayamitra yang kerap disebut Mitratel itu berencana mengumpulkan dana hingga US$1 miliar sehingga harga penawarannya pun berpotensi di level harga premium.

Hal itu lantaran bisnis model Mitratel yang di sektor menara telekomunikasi sedang baik yang tercermin dari kebutuhan data yang naik signifikan pada tahun ini.

Secara terpisah, analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan bahwa setiap penyerapan aksi IPO jumbo akan selalu disesuaikan dengan minat masyarakat dan kondisi yang ada.

“Jika pelaku pasar melihat itu perusahaan bagus prospeknya dan industrinya lagi baik maka dimungkinkan pelaku pasar meminatinya,” ujar Reza kepada Bisnis, Senin (7/6/2021).

Sebagai informasi, Bursa Efek Indonesia berpotensi kedatangan calon emiten dengan nilai IPO emisi besar pada Juni.

Salah satu entitas grup Rajawali di bidang pertambangan mineral, PT Archi Indonesia, juga berencana IPO pada Juni 2021 dengan melepas sebanyak-banyaknya 4,9 miliar saham.

Saham itu akan ditawarkan dengan harga penawaran berkisar Rp750 hingga Rp800 per saham, sehingga perseroan berpotensi menggalang dana sebanyak-banyaknya Rp3,97 triliun. Aksi IPO itu pun diyakini menjadi yang terbesar dalam 3 tahun terakhir.

Tak hanya kelompok perusahaan grup konglomerat, calon emiten dari kelompok startup berstatus unicorn juga dikabarkan akan IPO dengan emisi yang tidak kalah besar pada tahun ini. 

Adapun, Bursa Efek Indonesia terakhir kali kedatangan emiten dengan nilai emisi IPO triliunan yaitu pada awal 2021.

Perusahaan perkebunan kelapa sawit, PT FAP Agri Tbk. (FAPA) melepas 544,41 juta saham dengan harga pelaksanaan Rp1.840 per saham. Alhasil, FAPA meraih dana segar hingga Rp1 triliun dari IPO. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper