Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah menutup perdagangan Kamis (3/6/2021) berada di zona merah seiring dengan kekhawatiran investor terhadap prospek bank sentral AS yang akan berhenti menggelontorkan stimulus.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah parkir di level Rp14.285 per dolar AS, terdepresiasi 0,04 persen atau 5 poin. Sepanjang tahun berjalan 2021, rupiah telah menurun 1,64 persen.
Adapun, koreksi rupiah pada perdagangan kali ini terjadi bersamaan dengan mata uang asia lainnya. pelemahan mata uang Asia dipimpin oleh yuan yang turun 0,2 persen diikuti dolar Singapura turun 0,113 persen, dan baht yang turun 0,04 persen.
Di sisi lain, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,21 persen ke level 90,094 persen.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa terdapat kekhawatiran investor terhadap kemungkinan tapering tantrum atau pengurangan pembelian obligasi yang akan dilakukan oleh The Fed, Bank Sentral AS.
Hal itu dapat menjadi katalis positif bagi dolar AS sehingga semakin menekan pergerkaan mata uang Asia, termasuk rupiah, dan aset-aset berisiko lainnya.
Baca Juga
Kekhawatiran investor itu pun terjadi ketika Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk mulai secara bertahap menjual portofolio utang perusahaan yang dibeli melalui fasilitas pinjaman darurat yang diluncurkan pada 2020, yang menunjukkan awal dari perubahan kebijakan.
“Ini merupakan ancaman yang sangat nyata. Indonesia tidak boleh lengah, harus selalu waspada,” ujar Ibrahim dikutip dari keterangan resminya, Kamis (3/6/2021).
Ibrahim menilai Pemerintah dan Bank Indonesia harus mempersiapkan strategi kebijakan atau bauran ekonomi untuk menghindari ancaman tapering.
Dia memperkirakan perdagangan Jumat (4/6/2021) mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.265 - Rp14.310.