Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantan Bos Bursa Kritik Fenomena Tutup Pasar 27 Mei, Investor Ritel Dibantai

Hasan Zein Mahmud, Direktur Utama Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode pertama (1991-1996) mengkritik jatuhnya harga saham secara tiba-tiba merupakan transaksi manipulatif.
Karyawan melintas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Hasan Zein Mahmud, Direktur Utama Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode pertama (1991-1996), kembali angkat bicara mengenai mendadak ambrolnya saham-saham bank jumbo kemarin. Dia mempertanyakan keadilan dari sistem pre-closing yang diaplikasikan Bursa Efek Indonesia.

Dalam tulisannya, Hasan mengkritik jatuhnya harga saham secara tiba-tiba merupakan transaksi manipulatif. Dia menduga investor institusi besar seperti BPJS pun tidak akan melakukan aksi jual di harga rendah.

"Institusi seperti BPJS, kalau mau mengurangi eskposurnya dalam saham, tentu berusaha menjual di harga tertinggi yang bisa diperolehnya," paparnya, Jumat (28/5/2021).

Hasan menyebutkan dugaan transaksi manipulatif ini tentunya bisa dibuktikan oleh otoritas. Apalagi, banyak investor ritel yang menjadi korban.

"Jurus primitif yang sangat mudah dibuktikan, kalau pengawasnya punya empati terhadap pembantaian investor ritel," imbuhnya.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Kamis (27/5/2021). Namun, indeks yang sempat melompat 1 persen lebih menembus level 5.900 itu menimbulkan tanda tanya, setelah menukik ke level terendah saat penutupan atau pre-closing.

Pada akhir sesi II pukul 15.00 WIB, IHSG naik 0,45 persen atau 25,98 poin menjadi 5.841,83. Sepanjang sesi, indeks bergerak di rentang 5.841,83-5.904,84.

Pada penutupan perdagangan, saham BBCA anjlok 1,34 persen atau 425 poin menjadi Rp31.350. Padahal, beberapa menit sebelum penutupan saham BBCA mencapai level tertinggi harian di Rp32.400.

Selanjutnya, saham BBRI mengalami fenomena serupa. Saham BBRI turun 2,71 persen atau 110 poin menuju Rp3.950. Saham BBRI mendadak lemas setelah sebelumnya menghijau di level Rp4.190.

Saham BBCA memiliki kapitalisasi pasar terbesar di Bursa, yakni sejumlah Rp772,93 triliun. Adapun, saham BBRI berada di peringkat kedua terbesar dengan kapitalisasi pasar Rp487,22 triliun.

Saham perbankan jumbo lainnya yang mendadak koreksi jelang penutupan ialah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), yang turun 3,29 persen atau 175 poin menuju Rp5.150. Padahal, saham BBNI sempat menyentuh level Rp5.500.

Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga ditutup turun 2,54 persen atau 150 poin menjadi Rp5.750. Tidak seperti 3 saham lainnya, saham BMRI memang sudah cenderung melemah sejak sesi II pukul 13.30 WIB.

Berikut tulisan lengkap Hasan Zein Mahmud mengenai fenomena transaksi saham pada 27 Mei 2021.

Sahabat investor,

Institusi atau perorangan yg ingin mengurangi portfolio, tidak mungkin mau menjual di harga rendah. Institusi seperti BPJS, kalau mau mengurangi eskposurnya dalam saham, tentu berusaha menjual di harga tertinggi yang bisa diperolehnya.
 
Tiap penjual - yang masih waras - pasti pasti memiliki instink yang sama. Berusaha memperoleh harga tertinggi yg bisa didapat. Di ujung lain tiap pembeli tentu ingin membeli harga serendah rendahnya.

Itu lah tangan gaib pasar.  Bagaimana dengan transaksi bunuh diri? Di luar bursa jauh lebih gampang bunuh diri.

Lalu fenomena tutup pasar BEI 27 Mei 2021? Lalu penjelasan yang masuk akal? (Untuk tidak mengatakan bahwa kita semua adalah orang orang yang hilang akal)

Di benak saya cuma ada satu.  Transaksi tanpa pemindahan benefial owner. Transaksi semu. Transaksi manipulatif! Saya bisa meminjam tangan untuk memilki dua - atau lebih - ID berbeda. Pembeli sekaligus penjual. Beneficial owner tetap. Saya bisa mempermainkan harga saham, bisa nengiris-iris emosi investor ritel tanpa kehilangan apa apa.

Jurus primitif yang sangat mudah dibuktikan, kalau pengawasnya punya empati terhadap pembantaian investor ritel.

Sekedar nostaligia. Saya kutipkan pasal 91 UUPM. tapi sebelumnya, saya ingin mengutip bait sajak WS Rendra di bawah ini

"...Dengan puisi ini aku bersaksi
bahwa rakyat Indonesia belum merdeka.
Rakyat yang tanpa hak hukum
bukanlah rakyat yang merdeka.
Hak hukum yang tidak dilindungioleh lembaga pengadilan yang mandiri
adalah hukum yang ditulis di atas air...".

Ini bunyi pasal 91
  
"....manipulasi pasar adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan maksud untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di bursa efek.....

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper