Bisnis.com, JAKARTA – Analis menilai harga komoditas minyak dan gas yang terus naik dalam beberapa periode terakhir membuat prospek kinerja emiten migas akan semakin membaik.
Berdasarkan data Bloomberg pada akhir pekan, Jumat (21/5/2021), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik US$1,33 atau 2,04 persen dan ditutup pada US$66,44 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS dengan kontrak Juli berakhir di US$63,58 per barel, naik US$1,64 atau 2,65 persen.
Sebelumnya pada 18 Mei 2021, harga minyak Brent sempat menyentuh level US$70,08 per barel, yang merupakan harga tertingginya sejak Maret 2021.
Namun di sisi lain, harga gas alam di New York Mercantile Exchange (Nymex) untuk pengiriman Juni terpantau turun US$0,02 atau 0.65 persen ke level US$2,91 per million British thermal unit (MMBtu).
Harga gas alam berjangka ini sendiri sempat mengalami kenaikan tertinggi sejak Februari 2021, hingga berada di level US$3,11 per MMBtu dengan kontrak yang sama di Nymex pada 18 Mei 2021 lalu.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengungkapkan berkaitan dengan kenaikan harga komoditas tersebut, prospek kinerja di sektor hulu minyak dan gas bumi akan membaik.
Baca Juga
Namun, Sukarno mengungkapkan untuk saat ini belum ada tanda kenaikan harga saham perseroan sektor migas tersebut. Pasalnya, harga komoditas masih dalam tren penurunan pascakenaikan harga yang signifikan.
“Untuk harga sahamnya sendiri, saat ini belum ada tanda-tanda untuk naik kembali karena masih dalam tren penurunan pasca-kenaikan harga yang signifikan,” ujar Sukarno saat dihubungi Bisnis, Minggu (23/5/2021).
Dia kemudian merekomendasikan saham yang menarik untuk dilirik investor antara lain ELSA, MEDC, dan ENRG. Menurutnya secara valuasi saham-saham tersebut tergolong murah terutama untuk ELSA dan ENRG.
Sukarno menambahkan, untuk pergerakan harga ELSA dan ENRG, saat ini belum ada sinyal beli. Oleh karena itu, dia menyarankan untuk wait and see atau buy on weakness di area support kuatnya.
Catatan Redaksi : Artikel ini mengalami perubahan pada badan berita, khususnya pada bagian rekomendasi saham agar lebih relevan. Mohon maaf atas kekeliruan yang terjadi.