Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melemah setelah pejabat Federal Reserve AS mengatakan Negeri Paman Sam sedang dalam laju pemulihan ekonomi terlepas dari sejumlah risiko.
Sementara itu, fokus pelaku pasar hari ini tertuju pada data indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) yang dirilis Rabu (12/5/2021) malam untuk melihat bagaimana laju inlasi dan respons kebijakan bank sentral.
Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu pukul 12.36 WIB, harga emas berjangka untuk kontrak Juni 2021 di divisi Comex, New York Mercantile Exchange, terpantau melemah 0,31 persen atau 5,7 poin ke level US$1.830,4 per barel.
Sementara itu, harga minyak di pasar spot terpantau berada pada level US$1.829,20 per troy ounce, melemah 0,45 persen atau 8,27 poin.
Sejumlah pejabat The Fed mengatakan bahwa situasi ekonomi membaik, tetapi masih terlalu dini untuk membahas pengurangan dukungan kebijakan moneter.
“Prospek [ekonomi[ cerah, tetapi risiko tetap ada, dan kami jauh dari tujuan kami,” ungkap Anggota dewan Gubernur The Fed Lael Brainard mengatakan pada acara virtual Selasa, (11/5/2021).
Baca Juga
Brainard menambahkan bahwa penting untuk tetap fokus pada pencapaian tujuan Fed untuk lapangan kerja maksimum dan inflasi.
Presiden The Fed wilayah Cleveland Loretta Mester dan James Bullard dari St. Louis menyuarakan pandangan yang sama. Komentar tersebut diutarakan di tengah perdebatan mengenai apakah tekanan inflasi akan cukup kuat untuk memaksa The Fed kembali memperketat kebijakan moneter lebih cepat dari yang diperkirakan.
Emas sebelumnya naik ke level tertinggi dalam tiga bulan awal pekan ini menyusul laporan pertumbuhan tenaga kerja AS yang berada di bawa ekspektasi. Laporan ini, mendukung berlanjutnya stimulus ekonomi dan suku bunga rendah.
Namun, rebound imbal hasil Treasury 10-tahun membebani permintaan emas.
"Kenaikan berkelanjutan dalam imbal hasil 10 tahun dan kekhawatiran inflasi yang memicu risiko penurunan lebih awal dari perkiraan adalah katalis potensial untuk tekanan harga emas," kata analis pasar IG Asia Pte Yeap Jun Rong, dikutip dari Bloomberg.