Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Jual Saham Teknologi Benamkan Wall Street ke Zona Merah

Saham-saham perusahaan teknologi seperti Apple, Microsoft, Amazon, dan Tesla kompak ditutup melemah.
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat tertekan sejumlah perusahaan teknologi yang melemah melemah pada perdagangan Selasa (4/5/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 ditutup melemah 0,67 persen ke level 4.164,66, sedangkan indeks Nasdaq Composite melemah 1,88 persen ke level 13.633,50. Di sisi lain, indeks Dow Jones Industrial Average menguat tipis 0,06 persen.

Sejumlah saham teknologi berkapitalisasi besar seperti Apple Inc., Tesla Inc. dan Amazon.com Inc. melemah dan menyeret indeks Nasdaq. Adapun indeks S&P 500 mampu menahan pelemahan lebih lanjut di tengah kenaikan saham komoditas, keuangan dan industri.

Saham Tesla ditutup melemah 1,65 persen, Amazon terkoreksi 2,2 persen, dan Apple merosot 3,54 persen. Adapun saham induk Google, Alphabet Inc., ditutup melemah 1,71 persen dan Microsoft terkoreksi 1,62 persen.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengguncang pasar dengan komentar yang dianggap sebagai pertanda bahwa suku bunga kemungkinan akan naik karena pengeluaran pemerintah meningkat dan ekonomi merespons dengan pertumbuhan yang lebih cepat.

Namun, Yellen tidak lama kemudian mengatakan dia tidak memprediksi atau merekomendasikan kenaikan suku bunga.

Perdebatan mengenai apakah pengeluaran pemerintah dapat meningkatkan inflasi muncul pada saat valuasi saham mendekati level tertinggi dalam dua dekade terakhir.

Hedge fund berbondong-bondong keluar dari pasar modal, sementara saham telah berjuang untuk mendapatkan daya tarik meskipun pendapatan perusahaan berada di atas ekspektasi.

Analis pasar keuangan senior City Index Fiona Cincotta mengatakan pasar saham telah mengalami peningkatan yang spektakuler, dan saat ini momentum tersebut diuperkirakan baru saja berakhir.

“Meskipun kinerja emiten menggembirakan, mereka belum berhasil mendorong indeks lebih tinggi. Keluar dari pertumbuhan dan ke siklus adalah tempat di mana kita akan memiliki lebih banyak gerakan," ungkap Cincotta, seperti dikutip Bloomberg.

Sebelumnya Selasa, penurunan tajam pasar berjangka membuat pelaku pasar berebut penjelasan. Beberapa dari mereka berspekulasi tentang ketegangan militer antara China dan Taiwan, pembatasan virus corona yang lebih ketat di Singapura, dan keputusan Ferrari NV untuk menunda target keuangan.

Investor juga memantau pembacaan ekonomi terbaru, dengan defisit perdagangan AS melebar ke rekor baru di bulan Maret. Sementara itu, seorang penasehat ekonomi senior Gedung Putih menolak pertanyaan apakah Presiden Joe Biden akan mencalonkan Ketua Fed Jerome Powell untuk masa jabatan empat tahun kedua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper