Bisnis.com, JAKARTA – Emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk. melaporkan marjin EBITDA perseroan tetap terjaga sebesar 50 persen walau pendapatan terkoreksi pada kuartal I/2021.
Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan kinerja perseroan patut diapresiasi karena mampu tumbuh positif di tengah kompetisi industri telekomunikasi yang ketat dan daya beli masyarakat yang belum pulih akibat pandemi.
“Kami tetap mampu menjaga profitabilitas perusahaan dengan terus fokus mengimplementasikan operational excellence dan digitalisasi di berbagai lini,” kata Dian dalam keterangan resmi, Selasa (27/4/2021).
Selain itu, Dian melanjutkan bahwa peningkatan efisiensi bisnis juga terus diupayakan perseroan sembari meluncurkan produk tepat sasaran. Pemanfaatan data analytics juga dioptimalkan sehingga upaya upselling melalui saluran penjualan omnichannel dapat dilakukan dengan tepat.
Dalam laporan keuangan per 31 Maret 2021, manajemen EXCL menyebutkan raihan pendapatan senilai Rp6,24 triliun.
Nilai itu terkoreksi 3,57 persen year on year (yoy) dari sebelumnya Rp6,49 triliun. Pendapatan dari segmen data berkontribusi paling besar, yakni Rp5,21 triliun, naik tipis dari kuartal I/2020 sejumlah Rp5,2 triliun.
Baca Juga
Sementara itu, pendapatan non-data terus menurun menjadi Rp574,29 miliar dari sebelumnya Rp803,85 miliar.
Pada kuartal I/2021, EXCL hanya membukukan keuntungan dari penjualan dan sewa balik menara senilai Rp101,44 miliar. Nilai itu anjlok dari sebelumnya Rp1,62 triliun, sehingga memengaruhi perolehan laba bersih XL Axiata.
EXCL membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp320,51 miliar. Raihan laba bersih itu amblas 78,9 persen dari sebelumnya Rp1,52 triliun.
“Perseroan berhasil mempertahankan tingkat profitabilitas dengan membukukan marjin EBITDA sebesar 50 persen,” ujar Dian.
Dari sisi beban, EXCL melaporkan beban operasional dapat ditekan 6 persen secara tahunan. Hal itu didorong oleh beban interkoneksi dan beban langsung lainnya yang berkurang 20,67 persen menjadi Rp341,21 miliar.
Dian menyebut pengurangan beban itu terutama karena interkoneksi yang lebih rendah akibat penurunan lalu lintas layanan legacy (SMS dan suara).