Bisnis.com, JAKARTA — Produsen daging olahan, PT Sentra Food Indonesia Tbk. melihat akan ada potensi kenaikan penjualan sepanjang periode Ramadan dan Lebaran sekitar 30 persen.
Direktur Utama Sentra Food Indonesia Agustus Sani Nugroho menyebut potensi peningkatan penyerapan hasil produksi tetap terlihat kendati sejumlah beban biaya juga bertambah. Meski begitu, perseroan menilai kenaikan yang akan terjadi masih jauh dari periode yang sama sebelum pandemi Covid-19.
"Saat ini ada kenaikan bahan baku daging ayam dan sapi sekitar 20 persen, tetapi kami tetap mengharapkan produksi dan penjualan April ini naik sekitar 30 persen karena kami belum menaikan harga jual produk," katanya kepada Bisnis, Jumat (23/4/2021).
Agustus menyebut kenaikan bahan baku tersebut terjadi baik untuk produk lokal maupun impor. Pasalnya, saat ini perseroan menggunakan bahan baku daging ayam lokal dan sapi impor. Atas kondisi tersebut, Agustus mengatakan margin yang akan lebih dikorbankan dibanding menaikkan harga produk.
Sisi lain, menurutnya tidak ada strategi khusus pada periode ini selain paket promo Lebaran dengan diskon dan harga menarik. Perseroan mengaku juga akan terus memantau titik distribusi dan penjualan agar dapat memaksimalkan penyerapan baik di sektor Horeka atau ritel.
Secara keseluruhan, tahun ini perseroan juga akan menyiapkan sejumlah produk baru untuk menjaga kapasitas produksi. Agustus menyebut perseroan telah menyiapkan sejumlah strategi menyasar segmen baru pasca Horeka yang runtuh dihantam pandemi sejak tahun lalu.
Baca Juga
Agustus mengatakan perseroan juga masih akan melakukan pengembangan produk yang ada.
"Saat ini produk baru yang sudah kami luncurkan adalah Rendang Padang Kemfood dan Dendeng Sapi Manis Kemfood. Kami berencana meluncurkan beberapa produk baru, setidaknya ada tiga jenis sosis yang saat ini masih sedang dalam pengurusan proses perizinan," ujar Agustus.
Produk baru dari emiten dengan sandi FOOD ini diperkirakan akan mulai masuk pasar pada semester II tahun ini. Di samping itu, perusahaan juga akan mulai memasarkan produk makanan pendukung seperti bawang goreng kelas premium yang sudah masuk pasar awal tahun ini.
Sebelumnya, perseroan mengatakan tekanan pandemi yang diterima tahun lalu cukup dalam. Pasalnya, telah membuat kapasitas produksi terpasang mencapai 200 ton per bulan dan kini hanya digunakan separuhnya.
Agustus menyebutkan secara terperinci rerata produksi penjualan per bulan perseroan 121 ton. Ini lebih rendah dari 2019 yang rerata per bulan sekitar 159 ton.
Sektor Horeka mencatat tekanan paling dalam. Awalnya sektor ini mampu menyerap penjualan perseroan hingga 100 ton per bulan. Tahun lalu susut menjadi rerata 81 ton per bulan. Seiring dengan hal tersebut sektor ritel juga menunjukkan pelemahan permintaan dengan rerata terjual hanya 40 ton dibanding periode sebelumnya 59 ton per bulan.