Bisnis.com, JAKARTA – PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) mencetak produksi tandan buah segar (TBS) tertinggi sepanjang sejarah perseroan yakni 495.573 ton pada kuartal I/2021.
Jumlah itu naik 35 persen dibandingkan produksi kuartal tahun sebelumnya 368.181 ton. Pada tahun ini kebun inti SGRO menyumbang produksi TBS 309.010 ton. Sementara itu, kebun plasma menyumbang sekitar 186.562 ton.
Lonjakan terbesar terjadi di wilayah Sumatra Selatan yang mencatat peningkatan produksi TBS sebesar 54 persen atau mencapai 320.591 ton. Sementara itu regional Kalimantan mencatatkan kenaikan sebesar 10 persen menjadi 174.982 ton.
SGRO pun mencetak total penjualan pada kuartal I/2021 mencapai Rp1,33 triliun atau meningkat 47 persen dibandingkan dengan kuartal tahun sebelumnya. Lonjakan tersebut sebagian besar dipicu penjualan minyak sawit yang menyumbang 83 persen dari total penjualan.
Budi Halim, CEO Sampoerna Agro, mengatakan bahwa kuartal I/2021 adalah momentum yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sehingga mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, kesehatan dan perekonomian dunia. Tidak terkecuali, SGRO sebagai perusahaan perkebunan kelapa sawit.
“Saat ini kami akan menggunakan kata unprecedented dengan makna positif untuk merujuk pada pencapaian Sampoerna Agro yang berhasil mencatatkan rekor tertinggi dalam beberapa indikator kinerjanya,” ungkapnya dikutip pada Sabtu (24/4/2021).
Budi melihat prospek optimis yang sebelumnya diprediksi akan terjadi di tahun ini ternyata tiba di awal tahun. Salah satunya dengan lonjakan volume produksi perseroan pada kuartal I/2021 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Selain itu, Sampoerna Agro juga telah menyelesaikan tahap kedua penerbitan obligasi dan sukuk yang meraup dana tambahan sekitar Rp570 miliar pada bulan Maret 2021.
Sama seperti pada tahap pertamanya di tahun lalu, penerbitan ini terdiri dari dua seri yaitu dengan tenor 3 tahun dan 5 tahun yang digunakan untuk menata ulang profil struktur utang perusahaan.
Bedanya, kali ini versi sukuk mendominasi obligasi sekitar 2:1. Dengan begitu, total rasio utang dibanding modal bersih perseroan melanjutkan penurunannya pada akhir Maret menjadi 0,83x, dari sebelumnya 0,98x pada Desember lalu.