Bisnis.com, JAKARTA - Bitcoin, mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia, terperosok hingga 14 persen ke level US$ 51.541 atau sekitar Rp 750,7 juta (asumsi kurs Rp 14.566 per dolar AS) kemarin, Minggu (18/4.2021).
Padahal sepanjang pekan sebelumnya harga aset koin digital itu melonjak hingga mendekati US$ 65.000 atau sekitar Rp 947 jutaan.
Dalam perdagangan sebelumnya, Bitcoin turun 10 persen menjadi US$53.991, atau level terendah setelah sebelumnya pada Rabu lalu melonjak. Dikutip dari Tempo, uang kripto lainnya, Ehtereum juga anjlok 10 persen ke angka US$ 2.101 atau sekitar Rp 30,6 juta.
Situs CoinmarketCap menunjukkan terjadinya aksi jual Bitcoin dikarenakan blackout di di areal tambang Bitcoin di Xinjiang, China. Hal ini yang dinilai sebagai salah satu pemicu penurunan harga.
Pada Jumat pekan lalu, Bitcoin juga terpukul oleh kebijakan bank sentral Turki yang melarang jual beli cryptocurrency dan aset kripto.
Ada juga sentimen dari laporan online yang menyebutkan bahwa penurunan itu terkait dengan kekhawatiran Departemen Keuangan AS akan menindak pencucian uang yang dilakukan melalui aset digital.
Baca Juga
Kejatuhan juga dialami oleh Dogecoin setelah sebelumnya mencapai puncak tertinggi dalam setahun belakangan. Sejak awal 2021, nilai Dogecoin telah melonjak dari US$ 0,0046 (Rp 67) ke level US$ 0,3 atau menjadi Rp 4.369 pada hari Ahad kemarin. Sedangkan pada Jumat lalu, sempat menembus US$ 0,43 atau sekitar Rp 6.263.
Compound Capital Advisors’ Charlie Bilello menyatakan meskipun banyak mata uang digital yang jeblok pada Ahad lalu, tapi masih ada 100 aset kripto yang bila dijumlahkan bernilai lebih dari US$ 1 miliar.
Adapun, hal ini didorong oleh histeria para traders di media sosial dan bagaimana mereka melihat sisi fundamental dari tiap kripto yang berbeda.