Bisnis.com, JAKARTA - Pendapatan berulang emiten properti dari biaya sewa pusat perbelanjaan diperkirakan mulai pulih secara bertahap pada semester II/2021.
Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Aurellia Setiabudi dan Isnaputra Iskandar menjelaskan dalam riset terbarunya bahwa program vaksinasi Covid-19 akan menjadi kunci sukses pemulihan recurring income emiten properti.
“Sekarang ini para pengembang memiliki level leverage [utang] yang lebih prudent dan pendapatan berulang yang lebih tinggi dibandingkan secara historisnya,” tulis Aurelia dan Isnaputra, dikutip Rabu (14/4/2021).
Dari beberapa emiten properti yang memiliki portofolio pusat perbelanjaan, Maybank Kim Eng Sekuritas menunjukkan setidaknya PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) dan PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) bakal diuntungkan oleh pemulihan trafik pengunjung mal.
Properti investasi BSDE dinilai lebih tahan banting dibandingkan dengan kompetitornya karena terdiri dari mal semi-outdoor. Selain itu, BSDE juga memiliki bangunan perkantoran yang turut menambah pundi-pundi pendapatan berulang.
Maybank Kim Eng Sekuritas menilai recurring income BSDE dari segmen properti investasi bisa berkontribusi sebesar 20 persen terhadap total pendapatan perseroan pada periode 2020—2022.
Sementara itu, PWON juga menunjukkan pemulihan pengunjung yang mengesankan di sejumlah mal kelolaannya walaupun kapasitas masih dibatasi 50 persen.
Adapun, PWON melaporkan trafik pengunjung mal perseroan sudah mencapai 80 persen dari level normal atau sebelum pandemi.
Saat ini raksasa properti asal Surabaya itu masih memperpanjang diskon harga sewa bagi para tenant di mal.
Perseroan memperkirakan pemulihan pengunjung mal akan dimulai bertahap pada semester II/2021 dan pemulihan penuh baru terjadi pada 2022.
“Kami yakin outlook mal PWON tetap kuat didukung oleh kemampuan mengelola penyewa dan lokasinya yang strategis,” tulis Aurelia dan Isnaputra.
Maybank Kim Eng Sekuritas memberikan rekomendasi beli untuk BSDE dengan target harga Rp1.850 dan PWON dengan target harga Rp820.
Adapun risiko untuk rekomendasi itu disebut bakal berasal dari ketidakpastian akhir dari pandemi Covid-19, pengetatan likuiditas perbankan, serta gagal bayar KPR.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.