Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia mencatat total nilai emisi obligasi dan sukuk sepanjang tahun berjalan 2021 mencapai Rp24,63 triliun.
Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Yulianto Aji Sadono mengatakan bahwa total emisi obligasi dan sukuk itu terdiri atas 21 emisi dari 17 emiten.
“Dengan pencatatan ini maka total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 480 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp436,15 triliun dan US$47,5 juta, diterbitkan oleh 129 emiten,” ujar Yulianto dikutip dari keterangan resminya, Sabtu (10/4/2021).
Sementara itu, Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 143 seri dengan nilai nominal Rp4.169,77 triliun dan US$400 juta. Lalu, EBA sebanyak 11 emisi senilai Rp6,89 triliun sepanjang tahun berjalan 2021.
Adapun selama sepekan ini, BEI mencatatkan masing-masing satu Obligasi dan Sukuk, serta dua Pencatatan Perdana Saham dan Waran.
Pada Rabu (7/4), Obligasi Berkelanjutan IV Pegadaian Tahap IV Tahun 2021 (Obligasi IV Tahap IV) dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Pegadaian Tahap IV Tahun 2021 (Sukuk I Tahap IV) yang diterbitkan oleh PT Pegadaian (Persero) mulai dicatatkan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
Obligasi IV Tahap IV dicatatkan dengan nilai nominal Rp3,28 triliun sedangkan Sukuk I Tahap IV dengan nilai nominal Rp765 miliar.
Hasil pemeringkatan oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk Obligasi IV Tahap IV adalah idAAA dan Sukuk I Tahap IV adalah idAAA(sy). Bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Mega Tbk.
Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setya mengatakan bahwa prospek penerbitan efek bersifat utang dan sukuk pada tahun ini akan meningkat dibandingkan dengan 2020.
Pasalnya, saat ini BEI telah mengantongi 6 perusahaan yang berencana mencatatkan EBUS, sebanyak 7 emisi dengan total Obligasi/Sukuk korporasi yang akan dicatatkan mencapai Rp6,67 triliun.
Dia menilai hal tersebut dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk prospek pemulihan ekonomi dan tingkat suku bunga yang masih di level rendah.
“Tingkat bunga rendah memberikan kenyamanan dan optimisme bagi perusahaan dalam menerbitkan EBUS setelah sebelumnya tertunda melakukan refinancing,” ujar Nyoman, Selasa (6/4/2021).
Sementara itu, ditinjau dari likuiditas di pasar modal, jumlah investor yang terus bertambah juga dinilai akan turut mendorong pertumbuhan pasar EBUS.
Tercatat, sampai akhir Maret 2021 terdapat peningkatan sekitar 25 persen untuk investor pasar modal dibandingkan akhir tahun 2020, menjadi sekitar 4,9 juta investor pasar modal.
“Kepercayaan investor memberikan keyakinan bagi perusahaan dalam menerbitkan EBUS di pasar modal dan juga memberikan optimisme bagi investor dalam berinvestasi EBUS,” pungkas Nyoman.